Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Imun, Respon Imun Non-Spesifik dan Respon Imun Spesifik


Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh. Respon tersebut meliputi produksi sel-sel atau zat kimia yang berfungsi untuk mempertahankan tubuh melawan patogen. Respon imun dibedakan menjadi repson imun non-spesifik dan respon imun spesifik.

1.         Respon Imun Non-spesifik
Ketika tubuh terluka karena tergores, terpotong, terbakar, atau diserang oleh patogen yang berhasil menembus pertahanan tubuh, tubuh akan menghasilkan respon imun non-spesifik. Respon imun tersebut dinamakan non-spesifik sebab respon timbul terhadap jaringan tubuh yang rusak atau terluka, bukan terhadap penyebab kerusakan itu sendiri. Respon imun non-spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.

a.         Inflamasi
Inflamasi atau pembengkakan jaringan merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Baik dalam respon terhadap luka, gigitan serangga, atau cedera akibat pukulan keras, tanda-tanda terjadinya inflamasi tetap sama, yaitu sebagai berikut.
§   Timbul warna kemerahan. Hal tersebut disebabkan pembuluh darah membesar, meningkatkan aliran darah ke area jaringan yang rusak
§   Timbul panas. Hal tersebut juga disebabkan aliran darah yang lebih cepat.
§   Terjadi pembengkakan. Aliran darah yang meningkat menyebabkan makin banyak cairan jaringan yang masuk ke dalam jaringan yang rusak, menyebabkan jaringan membengkak.

b.        Fagositosis
Fagositosis dilakukan oleh sel darah putih jenis neutrofil dan monosit. Proses fagositosis meliputi sel darah putih menelan patogen, membawanya ke dalam vakuola yang ada di sitoplasma sel tersebut, lalu mencernanya dengan enzim litik.

2.         Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik melindungi tubuh dari serangan patogen dan juga memastikan pertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh sendiri. Respon imun spesifik timbul dari dua sistem berbeda yang saling bekerja sama, yaitu antibody-mediated immunity (imunitas yang diperantarai antibodi) atau disebut juga imunitas humoral, dan cell-mediated immunity (imunitas yang diperantarai sel).

a.         Antibody-Mediated Immunity
Respon imun yang diperantarai antibodi tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa kimia yang disebut antibodi. Antibodi akan menyerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh. Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat-zat toksin dan protein “asing”. Antibosi dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel patogen, dengan bantuan sel limfosit T. Terdapat tiga jenis sel limfosit B, yaitu:

1)        Sel B plasma, mensekresikan antibosi ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibodi sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antibodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000 per detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 sampai 5 hari.
2)        Sel B memori, hidup untuk waktu yang lama dalam darah. Sel tersebut tidak memperoduksi antibodi, tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua.
3)        Sel B pembelah, berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B.
Ketika suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing-masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengaktivasi satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk membentuk populasi yang besar. Semua sel baru tersebut identik (disebut klon) dan mereka semua kemudian mensekresikan antibodi yang spesifik terhadap patogen yang sedang menyerang tersebut. Aksi antibodi terhadap antigen adalah sebagai berikut.
§   Menyebabkan antigen saling melekat (aglutinasi)
§   Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil
§   Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengendapan toksin bakteri
§   Mencegah bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh

Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibodi akan mati. Serangkaian respon terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel-sel B memori yang telah “mengingat” patogen yang menginfeksi, masih tetap hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang sama berusaha menginfeksi kembali, sel B tersebut akan membelah dengan sangat cepat menghasilkan sel-sel B aktif dalam jumlah yang lebih besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antibodi spesifik. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.

b.        Cell-Mediated Immunity
Imunitas yang diperantarai sel, sesuai dengan namanya, merupakan respon imun yang melibatkan sel-sel yang menyerang langsung organisme asing. Sel-sel yang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktivasi akan mematikan beberapa mikroorganisme. Namun, kebanyakan menyerang sel-sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan mekanisme respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler, fungi, sel-sel kanker, dan walaupun tidak menguntungkan, juga menyerang jaringan atau organ transplan yang dianggap sel “asing”.
Sel limfosit T juga bereaksi terhadap antigen yang spesifik. Ketika suatu patogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan sel patogen tersebut akan menstimulasi satu sel limfosit T untuk membelah membentuk klon. Beberapa klon akan menjadi sel-sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari tiga jenis sel T berikut.
1)        Sel T pembantu (helper T cell)
Sel T helper menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibodi, mengaktivasi dua jenis sel T lainnya, dan mengaktivasi makrofag untuk segera bersiap memfagosit patogen dan sisa-sisa sel.
2)        Sel T pembunuh (killer T cell) atau disebut juga sel T sitotoksik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel-sel patogen yang relatif besar (misalnya parasit) secara langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran, dan sel T killer akan melubangi sel lawannya. Sel yang terinfeksi atau sel parasit akan kehilangan sitoplasmanya dan mati.
3)        Sel T supresor (suppresor T cell), berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika respon imun sudah mulai lebih dari yang diperlukan, atau ketika infeksi telah berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting, sebab jika tubuh terus-menerus memproduksi antibodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah, bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut dapat merusak jaringan tubuh sendiri.