Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Gerlach Dan Ely



PENDAHULUAN 
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan arahan ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka menyampaikan bahwa disain pembelajaran sanggup dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry menyampaikan bahwa model disain pembelajaran ialah suatu representatif gafik perihal suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran. Tujuan dari disain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran 


PEMBAHASAN
A.    Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses berdasarkan Syaiful Sagala (2005:136)adalah  pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran sanggup dimaknai dari aneka macam sudut pandang, contohnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas aneka macam penelitian dan teori perihal taktik serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk membuat spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang menunjukkan akomodasi pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk aneka macam mata pelajaran pada aneka macam tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta mekanisme untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian sanggup disimpulkan desain pembelajaran ialah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu semoga sanggup terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan penerima didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman penerima didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori berguru yang sudah teruji secara pedagogis dan sanggup terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
B.     Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
      1.            Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik  mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
      2.            Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah klasifikasi kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
      3.            Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
      4.            Strategi Pembelajaran, sanggup dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan berguru mengajar.
      5.            Bahan Ajar, ialah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
      6.            Penilaian Belajar, perihal pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.

Selanjutnya kita akan masuk kepada pembahasan khusus kita, Yakni pembahasan perihal model pembelajaran yang dengan namanya Model Pembelajaran Gerlach dan Ely.

C.    Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran lantaran dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses berguru mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan relasi antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu referensi urutan yang sanggup dikembangkan dalam suatu planning untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional berdasarkan model ini melibatkan sepuluh unsur ibarat terlihat dalam flow chart di halaman berikut.

D.    Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely
1)      Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada tingkat jenjang berguru tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat terperinci (tidak abnormal dan tidak terlalu luas) dan operasional semoga gampang diukur dan dinilai.
2)      Menentukan isi materi (specification of content)
Bahan atau materi intinya ialah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda berdasarkan bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan materi haruslah spesifik semoga lebih gampang membatasi ruang lingkupnya dan sanggup lebih terperinci dan gampang dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3)      Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan menunjukkan tes awal. Pengetahuan perihal kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar semoga sanggup menunjukkan takaran pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan perihal kemampuan awal juga mempunyai kegunaan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, contohnya apakah perlu persiapan remedial.
4)      Menentukan teknik dan taktik (Determination of strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, taktik merupakan pendekatan yang digunakan pengajar dalam memanipulasi informasi, menentukan sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk sanggup mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum perihal pendekatan ini ialah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan planning yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5)      Pengelompokan berguru (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok berguru akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan berguru secara berdikari dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
6)      Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan taktik dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pertolongan informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula lantaran harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
7)      Menentukan ruang (Allocation of space)
Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan berguru ibarat pada no.5, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan berguru sanggup digunakan secara lebih efektif dengan berguru secara berdikari dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan klarifikasi dan bertatap muka dengan pengajar.
8)      Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan berdasarkan balasan siswa yang disepakati. Makara tidak sekadar yang sanggup menunjukkan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber berguru ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) insan dan  benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display.
9)      Mengevaluasi hasil berguru (evaluation of performance)
Kegiatan berguru ialah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan media instruksional. Hakiakat berguru ialah perubahan tingkah laris berguru pada tamat kegiatan instruksional. Semua perjuangan kegiatan pengembangan instruksional di atas sanggup dikatakan berhasil atau tidak sesudah tingkah laris tamat berguru tersebut dievaluasi. Instrumen penilaian dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus sanggup mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh lantaran itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laris berguru siswa yang terukur dan sanggup diamati.
Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber berguru menjadi 5 kategori:
  1. Manusia dan benda nyata
  2. Media visual proyeksi
  3. Media audio
  4. Media cetak
  5. Media display
10)  Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan perihal usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang digunakan dalam kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran lantaran dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses berguru mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan relasi antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu referensi urutan yang sanggup dikembangkan dalam suatu planning untuk mengajar.
Gerlach dan Ely menyampaikan bahwa melalui tes Enteryng Behaviors (kemampuan awal) siswa, guru akan mengetahui apa yang dibawa atau yang telah diketahui oleh siswa terhadap sesuatu pelajaran pada ketika (pelajaran) dimulai. Para perancang pembelajaran atau guru dalam menyebarkan satuan pelajaranya ia harus mengetahui; siapa kelompok, populasi, atau target kegiatan pembelajaran tersebut? Perlunya guru atau perancang pembelajaran mengetahui kemampuan awal ini, semoga pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, lantaran pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa terdapat juga pengetahuan yang merupakan prerequisit bagi kiprah berguru yang baru. Untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok siswa atau mahasiswa perlu diadakan tes awal (pre-test). Tes awal mempunyai fungsi atau tujuan yang berharga dan penting bagi pengembangan suatu pembelajaran.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
  2. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Terlalu panjangnya mekanisme perancangan desain pembelajaran
  2. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
Contoh Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely dalam PAI di sekolah ialah sebagai berikut:
1)      Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa pelajaran perihal cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2)      Menentukan isi materi (specification of content)
Isi materi PAI berbeda-beda berdasarkan tingkatan dan kelasnya, namun isi materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam menentukan isi materi PAI harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi lantaran berbeda berdasarkan kelompok dan tingkatan kelas.
3)      Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Tes awal berfungsi untuk memperoleh informasi perihal kemampuan awal siswa dalam pelajaran PAI, sebelum menerima materi yang sudah disiapkan oleh seorang guru.
4)      Menentukan teknik dan taktik (Determination of strategy)
PAI dikaitkan dengan kegiatan siswa atau siswi dikehidupannya sehari-hari. Masalah yang membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan. Sebelumnya ditambah pelajaran PAI yang jarang dipelajari di sekolah umum maka dalam mengajar PAI itu guru memakai metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru tidak memakai metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi memakai metode yang sama dan siswa diajak untuk melaksanakan kegiatan itu, siswa jangan hanya mendengarkan kisah guru, hal itu akan membosankan penerima didik, apalagi bila penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata pelajaran PAI sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru sanggup membuat siswa tertarik terhadap pelajaran PAI.
5)      Pengelompokan berguru (Organization of groups)
Membentuk kelompok berguru yang menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing sesuai dengan kiprah materi yang ditetapkan kepada siswa dalam pelajaran PAI.
6)      Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi waktu harus ditentukan semoga sebagian besar waktunya sanggup dialokasikan untuk presentasi atau pertolongan informasi, untuk pekerjaan observasi di musium secara individual, atau untuk diskusi dalam kelompok perihal materi pelajaran PAI.
7)      Menentukan ruang (Allocation of space)
Dalam pembelajaran PAI harus diberikan ruang semoga dalam proses pembelajaran siswa sanggup berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8)      Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Media yang sanggup digunakan dalam pembelajaran PAI adalah:
a.       Audio (kaset audio, CD dll)
b.      Cetak (buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c.       Proyeksi visual membisu (OHP, film bingkai/slide)
d.      Audio visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9)      Mengevaluasi hasil berguru (evaluation of performance)
Melakukan penilaian terhadap hasil berguru siswa baik berupa tes objektif maupun essay yang mempunyai kegunaan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam berguru PAI di sekolah.
10)  Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran PAI baik dari guru ataupun siswa/peserta didik
Pendekatan pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana memberikan materi yang meliputi: sifat, cakupan dan mekanisme kegiatan yang menunjukkan pengalaman (Vermon S. Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan Gerlach dan Ely sangat cocok dengan pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran sejarah.
Desain instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling sesuai digunakan dalam pembelajaran sejarah, lantaran langkah-langkahnya sangat lengkap dan spesifik disamping itu, model juga tidak mempunyai batasan tertentu sehingga sanggup digunakan dari semua kalangan (umum) walaupun mempunyai sejumlah kekurangan.

PENUTUP
Desain pembelajaran sebagai proses berdasarkan adalah  pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis.
Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
  2. Cocok digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
  1. Terlalu panjangnya mekanisme perancangan desain pembelajaran
  2. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, Rosdakarya.
Alwi Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bistok Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa, Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti, P2LPTK.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second edition. (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Komite sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru, Jakarta, Bumi Aksara.
Muhammad Ali. 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Baandung, Sinar Baru Algensindo.
Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
R. Ibrahim, Nana Syaodah S. 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta Kerja sama Depdikbud.
Rostiyah N.K. 1982. Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta, Bina Aksara
Rohani, Ahmad. t.t. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Salameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Malang, IKIP
Suparno, Ruslan Efendy, Sulaiman Sahlan. 1988. Dimensi-dimensi Mengajar, Bandung, Sinar Baru.