Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Neurofisiologis Roger W. Sperry


PENDAHULUAN

Penemuan perihal adanya belahan otak pada insan sudah diketahui berabad-abad. Tidak hanya pada manusia, adanya belahan otak juga ditemukan pada sebagian binatang mamalia dan yang lainnya. Dari temuan itu memperlihatkan bahwa fungsi dari kedua belahan yakni hemisfer kanan dan hemisfer kiri mempunyai kiprah dan fungsi masing-masing yang berbeda.
Alphabet hierogglif untuk otak tertulis pada era 7 SM, oleh spesialis sejarah Mesir kuno menyatakan bahwa allfaben yang menyatakan otak ditemukan delapan jail dalam naskah – naskah kuno. Orang mesir kuno sudah mengetahui bahwa cedera pada satu sisi otak mengakibatkan gagasan pada sisi badan yang berlawanan.[1]
Pro kontra hakikat tujuan pada otak insan belum sepenuhnya mendapakan kesempatan dari banyak sekali pihak, akan tetapi adanya hemisfer kanan dan kiri pada otak insan sudah memperlihatkan bantuan terhadap banyak sekali teori yang menyatakan hemisfer otak ini menjalankan fungsi masing masing yang sanggup dibedakan dengan jelas.
Ide wangsit mulai bermunculan mengenai fungsi kedua hemisfer ini, mulai dari dunia kesehatan, psikologi ilmiah, maupun idepsikologi populer. Tidak hanya pada bidang psikologi atau kesehatan, dalam bidang pendidikan juga memperlihatkan bantuan dengan idenya tersendiri yang berangkat dari psikologi.


PEMBAHASAN

A.      KONSEP UTAMA TEORI
Sebelum membahas perihal konsep utama dari Roger Sperry sedikit mengulas profil dia yang berjulukan lengkap Roger Walcot Sperry lahir pada 20 Agustus 1913, meninggal pada 17 April 1994. Pada tahun 1981 Sperry menerima penghargaan Nobel Prize in Physiology or Medicine hasil dari penelitiannya ini.[2] 
Konsep utama Roger Sperry bisa disebut dengan Split Brain yakni Belah-Otak. Dimana penelitian perihal belah-otak dilaksanakan pada tahun 1950-an dari Institut Teknologi California. Istilah belah-otak ini bukan otak yan dibelah akan tetapi korpus kolasum yang akan di potong.[3]
Korpus kolasum ialah kumpulan serat yang menghubungkan dua cuilan otak. Yang berfungsi  mentransfer informasi dari satu belahan otak ke belahan otak lainnya. Dalam eksperimennya Sperry mencatat bahwa ada dua rute transfer – corpus callasum optic chiasm. Optic ciasm ialah titik dalam saraf optic dimana informasi yang berasal dari satu mata diproyeksikan ke sisi otak yang berkebalikan dengan mata.
Jadi proses informasi berawal dari mata, oleh optic chiasm disampaikan ke otak. Semisal informasi itu berasal dari mata sebelah kiri, oleh optic chiasm disampaikan ke otak kanan. Dari otak kanan disampaikan ke otak kiri dengan melewati corpus callasum (korpus kolasum).
Split Brain Procedure begitu penelitian ini biasanya disebut. Awal dari penelitian ini melibatkan kucing dengan memotong korpus kolasumnya dan menganalisis akibatnya. Sasaran utama penelitian ini ialah memilih perbedaan dari fungsi detiap hemisfer. Pada tahun 1953 Perry dan Myers menemukan bahwa kucung yang mengalami mekanisme belah-otak akan berperilaku seperti mempunyai dua buah otak, yang masing-masing bisa memproses, mempelajari, dan mengingat informasi secara terpisah.
Sedikit klarifikasi perihal penelitiannya pada binatang kucing. Sperry mengajari kucing untuk melaksanakan diskriminasi visual dengan menutup salah satu matanya. Setelah latihan diskriminasi visual ini, dia menguji transfer dengan memindah tutup dari satu mata ke mata lain. Dia menemukan bahwa binatang itu bisa melaksanakan hal yang sama dengan mata ini. Dengan kata lain, ditemukan adanya transfer interocular yang komplet.
Kemudian Sperry mencari mekanisme yang mentranfer informasi dari satu sisi otak ke otak lainnya. Langkah awalnya ialah dengan menutup (memotong) optic chiasm, bai sebelum maupun sehabis training, dan sekali lagi dia menemukan adanya transfer lengkap dari satu mata ke mata lain. Kemudian Sperry menutup corpus collasum setelah training, dan dia tidak menemukan gangguan dalam transfer informasi dari satu mata ke mata lain.  Untuk langkah selanjutnya menutup keduanya sebelum training, dan Sperry menemukan bahwa itu menghambat transfer dari satu mata ke mata lain.
Dapat diartikan bahwa menutup optic chiasm dan corpus collasum secara bersamaan membuat dua otak yang terpisah, sebab satu mat berafiliasi dengan satu cuilan otak tanpa ada pertukaran informasi diantara keduanya.
 Penelitian selanjutnya pada tahun 1965 Sperry melaksanakan penelitian dengan teman-temannya Michael Gazzaniga, Bogen dan Roger Sperry sudah tidak pada binatang lagi untuk melaksanakan analisisnya. Pada tahun ini Sperry dan rekan-rekannya sudah berkesempatan mengamati insan dalam penelitiannya. Yakni mempelejari pasien-pasien yang telah melaksanakan operasi pemotongan corpus collasum,[4]
Pasien yang diputus penghubungnya atau korpus kolasumnya ialah pasien yang bermasalah pada belahan masing-masing, dimana jikalau tidak diputus korpus kolasum tersebut akan justru menjadi masalah. Biasanya terjadi pada pasien yang menjangkit epilepsy,untuk penyembuhan aka nada pemutusan penghubung antara otak kanan dan otak kiri.
Dalam sebuah penelitiannya Sperry mengamati seorang pasien yang diberi seebuah benda yang umum bisa dijumpai sehari-hari, menyerupai sisir. Bila objek tersebut diletakkan ditangan kanan pasien, pasien tersebut sanggup mengidentifikasi objek tersebut secara lisan dengan menyebutkan nama benda, sebab dari sisi badan cuilan kanan diproses oleh otak kiri yang merupakan pusat pemrosesan bahasa. Sebaliknya, apabila beenda tersebut diletakkan ditangan kiri pasien, pasien tersebut tidak sanggup mendiskripsikan benda tersebut secara verbal, ini dikarenakan otak kanan memproses badan sebelah kiri dimana sanggup mengenali objek namun tidak sanggup menyebutkan nama benda.

Contoh lain dari percobaan Sperry bisa dilihat dalam gambar. Penjelasannya ialah bahwa ketika pasien yang telah diputus korpus kolasumnya akan diberi benda pada tangan kirinya sebuhan busur, dan tangan kanannya sebuah panah. Maka setiap cuilan akan mengidentifikasi masing-masing, otak kanan akan mendapatkan itu sebuah benda busur, dan otak kirinya sebuhan panah. Akan tetapi pasien tersebut akan mengidentifikasi dua benda,tidak ada sebuah citra itu akan bisa menggambarkan sebuah busur panah, sebab tidak ada interaksinya antara otak kanan dan otak kiri. Begitu juga dengan teladan selnjutnya.
Berawal dari penelitian Sperry dan rekan-rekannya penelitian perihal belahan otak kanan dan kiri semakin berkembang pesat. Dari penelitian ini mengindikasi peneliti lain bahwa otak kiri terasosiasi dengan fungsi-fungsi menyerupai bahasa, konseptual, analisis dan klasifikkasi. Otak kanan terasosiasi dengan pengintegrasian informasi menyerupai bidang seni atau music, pemrosesan spasial, pengenalan bentuk, dan penunjuk arah.
Penelitian terhadap belahan otak kanan dan kiri menjadikan spekulasi perihal kiprah dari asimetri selebral dalam kehidupan sehari-hari. Sperry mendiskripsikan beberapa spekulasi ini:
“Dikatakan bahwa perbedaan ini terang memperlihatkan dualism tradisional dari intelek versus intuisi, sains versus seni, daa budi versus misteri. Juga dikatakan bahwa pengacara dan artis memakai belahan otak yang berbeda dalam kerja mereka dan perbedaan ini ditunjukkan dalam acara yang tidak terkait dengan pekerjaan mereka. Yang lainnya memperluas gagasan ini dan mengklaim bahwa semua orang bisa diklasifikasikan sebagai orang yang memakai belahan otakkanan atau belahan otak kiri, tergantung pada belahan mana yang memandu sebagian besar dari sikap individu.”[5]
Bogen salah satu rekan Sperry memperlihatkan bahwa perbedaan cara memproses pemikiran ini merefleksikan dua jenis kecerdasan belahan otak. Terdapat dikotomi dalam otak kiri dan kanan. Berikut hasil dikotomi otak kiri dan kanan dalam memproses informasi.

Otak Kiri
Intelek
Konvergen
Realistis
Intelektual
Diskret
Terarah
Rasional
Historis
Analitis
Suksestif
Objektif
atomistis
Otak Kanan
Intuisi
Divergen
Impulsive
Perasa
Kontinu
Bebas
Intuitif
Nir-waktu
Holistic
Simultan
Subjektif
Umum

Perlu diketahui juga bahwasannya setiap orang mempunyai mayoritas otak yang berbeda-beda. Dan dari perbedaan itu bisa dilatih untuk menyeimbangkan antara kedua fungsi otak tersebut. Karena suatu ketidak seimbangan itu tidak baik, sebab niscaya nanti adanya kesenjangan terhadap salah satu belahan otak. Pasalnya setiap otak berfungsi sesuai dengan tugasnya masing-masing, tidak akan tertukar dan pastinya kedua belahan otak tersebut saling berafiliasi erat, sebab setiap belahan tetap bertukar informasi dan yang nantinya akan menjadi reflek dalam setiap gerakan manusia.
Dikotomi menyerupai daftar diatas yang menjelaskan cara belahan otak memproses informasi dinamakan dichotonimoa (dikotomania). Dari pembagian fungsi di atas mengartikan bahwa setiang belahan otang ialah khusus, dan massing-masing mempunyai fungsi sebagai otak yang sendiri-sendiri. Tetapi, kedua belahan itu terang mengintegrasikan aktivitas. Integrasi fungsi inilah yang menjadikan sikap dan proses mental.[6] Orang pada umunya tidak mempunyai belahan otak yang berfungsi sendiri-sendiri dan mempunyai kemampuan khusus, namum insan mempunyai satu otak yang menghasilkan satu diri yang utuh.
Disamping adanya perbedaan keterampilan respon yang dihasilkan, namun kedua belahan otak memahami, mempelajari dan merespon dengan cara yang sama. Ketika adanya latihan untuk penyeimbangan keterampilan respon kedua belahan otak ini, maka spesialisasi belahan otak akan hilang. Dimana adanya sejalan dan searah tujuan dari keduanya akan menjadikan respon seseorang menjadi lebih baik dari pada ketika salah satu otak berjalan terlebih dahulu atau dominan.

B.       APLIKASI TEORI DALAM PEMBELAJARAN
Kedua cuilan belahan otak itu amat penting dalam kecerdasan dan tingkat kesuksesan. Orang yang bisa memanfaatkan kedua belahan otak ini secara proporsional akan cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya. Tentunya dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu dan memperhatikan kedua belahan otak ini juga akan memilih sejauhmana tingkat kecerdasan yang sanggup diraih oleh akseptor didik.
Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan kecerdasan selayaknya mengacu pada perkembangan otak insan seutuhnya. Realitas pembelajaran cukup umur ini memperlihatkan bahwa kegiatan berguru mengajar lebih banyak mengacu pada sasaran pencapaian kurikulum dibandingkan dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Akibatnya, akseptor didik dijejali dengan banyak sekali macam informasi tanpa diberi kesempatan untuk melaksanakan telaahan dan perenungan secara kritis, sehingga tidak bisa memperlihatkan respons yang positif. Mereka dianggap menyerupai kertas kosong yang siap mendapatkan coretan informasi dan ilmu pengetahuan.
Sementara itu, kegiatan yang terjadi di dalam ruang berguru masih bersifat tradisional yakni menempatkan guru pada posisi sentral (teacher centered) dan siswa sebagai objek pembelajaran dengan acara utamanya untuk mendapatkan dan menghafal bahan pelajaran, mengerjakan kiprah dengan penuh keterpaksaan, mendapatkan eksekusi atas kesalahan yang diperbuat, dan jarang sekali menerima penghargaan dan kebanggaan atas jerih-payahnya.
Setelah penjelasa perihal inovasi teori ini oleh Sperry, dunia pendidikan ikut serta dalam pengembangan dalam bidangnya ini. Maka ada sebuah penelitian menyatakan bahwa sebuah proses pembeajaran harus dibentuk sanggup mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana berbagi fungsi motor sensorik (melalui kontak eksklusif dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.
Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses berguru yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang berbagi kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, kemudian (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.
Dari penelitian ini pendidikan di Indonesia mulai berbalik arah, dulunya memposisikan guru sebagai sumber utama untuk ketika ini tidak hanya guru yang menjadi sumber utama pemebelajaran. Begitu juga dengan posisi murid yang dahulu hanya sebagai objek kini muris tidak hanya sebaga objek tapi juga sebagai subjek.
Dari pemikiran tersebut terdapat beberapa konsep dalam membuat pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Ada tiga taktik berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis kemampuan otak, yaitu:[7]
a.    Menciptakan suasana atau lingkungan yang bisa merangsang kemampuan berpikir siswa. Strategi ini bisa dilakukan terutama pada ketika guru memperlihatkan soal-soal untuk mengevaluasi bahan pelajaran. Soal-soal yang diberikan harus dikemas seatraktif mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih otimal, menyerupai melalui teka-teki, simulasi, permainan dan sebagainya.
b.    Menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup menyenangkan. Guru tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk berguru siswa, tetapi juga tempat-tempat lainnya, menyerupai di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan situasi pembelajaran yang sanggup membuat siswa merasa tidak nyaman, gampang bosan atau tidak bahagia terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang dipakai lebih menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta variasi lain yang kiranya sanggup membuat suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar.
c.    Membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang aktif dan bermakna hanya sanggup dilakukan apabila siswa secara fisik maupun psikis sanggup beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran yang dipakai dikemas sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model pembelajaran yang bersifat demontrasi.
Namun, kunci keberhasilan itu semua terletak pada kemauan dan kemampuan guru untuk mereformasi cara dan taktik pembelajarannya serta berani untuk menggeser paradigma berfikirnya, sehingga lebih bersifat praksis ketimbang teoritis.

C.      ANALISIS TEORI DALAM KAJIAN ISLAM
Otak yang sistemnya begitu komplek memang tidak dijelaskan dalam makalah ini, sebab makalah ini hanya bercerita perihal cuilan otak dengan tugasnya masing-masing. Tapi satu hal yang menjadi pelajaran dari tori ini ialah bahwa begitu kompleksnya system yang ada di otak, itu tidak menjadi sesuatu yang komplek bagi Allah, sebab otak tetap berfungsi sesuai dengan tugasnya, bagaimana kecilnya otak tersebut menjadi pusat system pada badan manusia. Subhanallah itulah keagungan yang menjadikan salah atu bukti adanya Allah dalam kehidupan manusia.
Beruntunglah insan yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan, diberi pancaindra, Hati. Untuk bersyukur, dan budi untuk berfikir, mencari diam-diam alam, mengolahnya. Allah membuat insan dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu, dengan belajar, otak berkembang dengan berjalannya waktu. Dengan otak insan berfikir, mempergunakan seluruh pancaindranya dalam menangkap kebesaran dan ilmu Allah.
Adanya dualisme otak yang padaa ketika ini disebut dengan kiri dan kanan, bekerjsama para filosof muslim sudah membahasnya dalam aspek akal. Sebenarnya konsep dua pikiran dalam satu kepala sudah ramai pada era 4 sebelum masehi, tetapi filosof muslim memperlihatkan nuansa mistis-intuitif dalam dualism otak ini.
Adanya aspek-aspek intuitif yang diberi porsi pada bagian-bagian otak kanan, dan aspek rasional yang diberi daerah pada otak kiri, telah member efek besar pada jalur mistiisme dari illmu pengetahuan manusia. Oleh sebab itu dualism yang sudah berkembang di barat, tidak dikenal dalam tradisi pengetahuan Islam.[8]
Fakultas budi (al-‘aql) salah satu pendapat Ibnu Taimiyah ialah semacam wahyu dalam diri manusia. Ia ialah fitrah yang diturunkan dalam diri manusia. Fakultas budi itu sekaligus membawa dua dimensi otak yang rasional dan yang intuitif.[9]
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
“Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kau pendengaran, penglihatan dan hati, biar kau bersyukur.” (S. 16:78)
Akal yang diciptakan Allah untuk berfikir dan mencari diam-diam alam semesta yang indah dan penuh dengan ilmu pengetahuan yang harus dipelajari , digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia. Tampa berfikir dan mempergunakan akalnya dan hatinya insan tidak akan berkembang sesuai dengan fitrahnya.[10]
uqèdur Ï%©!$# £tB uÚöF{$# Ÿ@yèy_ur $pkŽÏù zÓźuru #\»pk÷Xr&ur ( `ÏBur Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# Ÿ@yèy_ $pkŽÏù Èû÷üy`÷ry Èû÷üuZøO$# ( ÓÅ´øóムŸ@øŠ©9$# u$pk¨]9$# 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÌÈ  
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat gejala (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (S.13:3)
Manusia menyerupai disebutkan dalam Al-Quran, diberikan kesempurnaan rupa, akal, pancaindra, hati. Untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini insan harus cerdas , tidak hanya cerdas otaknya saja , tapi juga cerdas emosi dan spiritualnya.

KESIMPULAN

Teori yang di usung oleh Sperry ialah Split-Brain atau Belah-Otak dimana dengan memotong corpus collasum. Dimana corpus collasum (korpus kolasum) ialah syaraf yang menjadi penghubung antara belahan otak kiri dengan belahan otak kanan. Pada awalnya Sperry melakakukan percobaanya pada binatang kucing dimana yang mempunyai struktur otak sama dengan manusia. Berangkat dari percobaannya itu kemudian pada tahun 1965 Sperry memulai pengamatannya kepada pasien yakni insan yang telah mengalami pemutusan pada korpus kolasumnya.
Dari pemikiran tersebut terdapat beberapa konsep dalam membuat pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Ada tiga taktik berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis kemampuan otak, yaitu: pertama, membuat suasana atau lingkungan yang bisa merangsang kemampuan berpikir siswa. Kedua, menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup menyenangkan. Ketiga, membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Akan tetapi, kunci dari keberhasilan pembelajaran terletak pada kemauan dan kemampuan guru untuk mereformasi cara dan taktik pembelajarannya serta berani untuk menggeser paradigma berfikirnya, sehingga lebih bersifat praksis ketimbang teoritis.

DAFTAR PUSTAKA

B.R Hergenhanhn & Matthew H.Olson, Theories of Learning, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Efendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta, 2005

Jensen, Erick. Brain Based Theory. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008

Mahzar, Armahendi. Kecerdasan Spiritual Danah Zohar, Sebuah Telaah Kritis perihal SQ, Journal of Psyche, Desember 2002, Paramartha

Pasiak, Taufiq. Revolusi IQ EQ SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains Mutakhir, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2002

____________. Otak Rasional-Otak Intuitif: Penafsiran Metafisika Otak Manusia, Manado: Yayasan Serat, 1995

Robert, Solso L. dkk, Psikologi Kognitif edisi ke-8, Jakarta: Erlangga, 2008