Kebohongan Teori Evolusi Darwin
Pendahuluan
Tidaklah bisa dipungkiri lagi bahwa Teori Evolusi atau Darwinisme ialah suatu teori yang telah menyusup kesegenap ilmu pengetahuan, bahkan dari kalangan orang Islam sendiri banyak sekali muncul orang-orang yang sependapat dengannya, atau bahkan membelanya, dari sinilah kami mencoba merangkum dan memaparkan wacana kekeliruan teori tersebut, sekaligus mencerna wacana pendapat yag pernah di kemukan oleh dia KH.Ahmad Syahid bahwa tinggi Nabi Adam ialah 31 M yang oleh sebagian orang di klaim sebagai wujud legalisasi terhadap teori evolusi, biar dengan adanya goresan pena ini sanggup menguak kebohongan teori evolusi.
Terdapat dua pandangan yang sanggup di kemukakan wacana bagaimana makhluk hidup muncul dimuka bumi. Pandangan pertama menyatakan bahwa semua makhluk hidup di ciptakan oleh Allah dalam tatanan yang rumit menyerupai kini ini. Sedangkan pandangan kedua menyatakan bahwa kehidupan terbentuk oleh kebetulan-kebetulan acak dan di luar kesengajaan. Pandangan terakhir ini ialah pernyataan teori evolusi.[1]
Secara subtansial Teori Evolusi atau yang lebih di kenal dengan Teori Darwin, (walaupun ada yang menyampaikan tidaklah sama) ini memunculkan dua ide atau pemikiran yang mendasar:
1. Adanya evolusi untuk selamanya.
2. Asal muasal insan ialah binatang yang berubah lantaran dipengaruhi oleh lingkungan, dengan mengesampingkan andilnya Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup.[2]
Teori evolusi menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini muncul tidak dengan melalui penciptaan, tetapi dari kejadian kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur, tidaklah heran kalau mereka beropini demikian, lantaran memang teori tersebut ialah salah satu teori yang dimunculkan oleh filsafat materialisme.
Akar Pemikiran Evolusionis
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat, materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di periode ke-19. Seperti telah di sebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan, tetapi wujud dengan sendirinya.[3]
Khayalan Darwin
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan cukup umur ini, ialah seorang naturalis amatir dari Inggris yaitu Charles Robert Darwin. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal dibidang biologi. Ia hanya mempunyai ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal berjulukan H.M.S.Beagle yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi banyak sekali belahan dunia selama lima tahun.
Darwin muda sangat takjub melihat bermacam-macam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan galapagos, Ia mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh pembiasaan mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep ”Adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan kesannya berbeda satu sama lainnya akhir kondisi alam.[4]
Asal-usul manusia
Evolusionis menyatakan bahwa insan modern ketika ini berevolusi dari basil yang ada di permukaan laut, yang bermetamorfosis binatang kecil kemudian menjadi katak kemudian ikan dan kesannya menjadi makhluk serupa monyet dengan menyusun rantai korelasi sebagai:
1. Australopithecus (kera dari Afrika Selatan)
2. Homo Habilis (satu spesies monyet yang mereka klaim sebagai insan yang bisa memakai alat)
3. Homo Erectus (satu sopesies yang mereka klaim sebagai makhluk setengah monyet dan setengah manusia)
4. Homo Sapiens (tahapan terakhir sebelum menjadi insan modern)
Evolusionis menyatakan bahwa masing-masing spesies ini ialah nenek moyang spesies lainnya.[5]
Kalau kita mau berfikir sejenak, pastilah akan kedengaran sangat lucu sekali, alasannya ialah siapa orangnya yang mau di katakan sebagai keturunan kera? kecuali kalau orang yang tingkat kewarasannya masih perlu dipertanyakan lagi. Bukankah insan telah diberi ni`mat yang begitu besar oleh Allah SWT yaitu kemampuan untuk berfikir, dan ini ialah salah satu momok yang menyeramkan bagi para evolusionis.
Kebenaran yang ditolak oleh mereka sanggup dibuktikan bahwa mustahil menjelaskan pemikiran dan kesadaran insan dalam bentuk materialisme. Atom-atom di otak tidak sanggup merasa, mengetahui, atau berbicara. Tidak ada keraguan lagi bahwa sumber pemikiran insan bukan atom, melainkan inspirasi dari Allah SWT.[6]
Alangkah baiknya dan bahkan wajib bagi kita sebagai umat muslim selalu berpegang teguh kepada Al Qur‟an yang disana jelas-jelas di terangkan bahwa Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah,[7] kemudian gres membuat anak cucunya dari air mani (sperma). Keterangan menyerupai ini sudah disepakati oleh hampir semua jago tafsir yang ada (muttafaqul ma`na).[8]
Didalam Al Qur`an Allah memakai kata al turoob, al thiin, al sholshol untuk penciptaan Nabi Adam AS, dimana kata-kata tersebut ditafsiri oleh para jago tafsir dengan arti yang sama yaitu tanah. Dalam Hadits shohih yang diriwayatkan oleh Abu Musa juga dijelaskan bahwa Allah membuat Nabi Adam AS dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh belahan bumi. Maka lahirlah anak cucu Adam dengan sifat yang berbeda-beda, ada yang berkulit coklat, putih, hitam dan lain-lain.[9]
Dalam Hadits Shohihain juga di terangkan bahwa Allah mengakibatkan Nabi Adam sesuai dengan bentuknya, sedangkan tingginya ialah 60 dziro‟,[10] Hadits tersebut terang menerangkan bahwa Allah mengakibatkan Nabi Adam eksklusif dalam bentuk insan yang tepat ketika di tiupkan ruh dalam diri Nabi Adam tanpa melalui beberapa tahapan atau periode,[11] dan hal ini terang sekali menolak wacana adanya insan berevolusi dari makhluk serupa monyet menyerupai apa yang di gembar-gemborkan darwinisme yang tak lain ialah wujud dari rekayasa filsafat materealisme.
Dan cukuplah bagi kita orang muslim untuk mempercayai apa yang telah tercantum didalam Al-Qur`an serta Al-Hadits dan menjadikannya sebagai bukti yang kuat.
Pemahaman mengenai ayat-ayat yang berdasarkan sebagian orang sebagai dalil-dalil teori evolusi
1- (QS. Fathir ayat 1):
Artinya: “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang mengakibatkan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus banyak sekali macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dengan surat Fathir Ayat 1 mereka mengklaim bahwa Ayat tersebut sangat mendukung wacana teori evolusi, hanya lantaran terdapat keterangan bahwa Allah menambahkan apa saja yang Dia kehendaki tarhadap makhluknya. Mereka melansir bahwa ini ialah suatu proses evolusi. Tapi berdasarkan irit kami, Ayat tersebut tidak sedikitpun mendukung adanya teori evolusi, kerena ayat itu menjelaskan kekuasaan Allah dalam penciptaannya. Memang dalam Ayat ini banyak sekali qoul dalam menafsirinya, tapi dari semua itu tidaklah ada yang menerangkan wacana adanya evolusi.
Dalam tafsir yang beropini bahwa kata al kholqi ialah umum dan meliputi seluruh makhluk hidup tidaklah ada yang menerangkan perubahan dari satu spesies ke spesies lainnya, dan juga terjadi perbedaan pendapat dalam menafsiri lafadz maa dalam ayat ini.[12] Tafsir yang menyatakan bahwa tambahan[13] dalam ayat tersebut ialah mutlak meliputi seluruh komplemen itu juga kurang pas dijadikan sebagai dalil wacana evolusi, lantaran variasi yang ada pada satu spesies bahwasanya bukanlah bukti evolusi melainkan hasil aneka kombinasi gosip genetis yang sudah ada dan tidak menambahkan karakteristik gres pada gosip genetis,[14] komplemen tersebut ialah murni pertumbuhan yang biasa terjadi pada makhluk hidup, tidaklah hingga pada perubahan dari species satu ke species yang lainnya.
2- (QS. An-Nur ayat 45)
Artinya: “Dan Allah telah membuat semua jenis binatang dari air, maka sebagian dari binatang itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah membuat apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ayat ini oleh sebagian evolusioner modern di klaim sebagai pendukung teori mereka. Mereka menyampaikan bahwa ayat ini memperlihatkan adanya makhluk akil diluar tata surya kita yang hingga kini masih eksis dan berevolusi. Pendapat ini mereka utarakan lantaran berdasarkan teori evolusi mereka (PP Grasse) di planet kita evolusi dunia binatang sudah berhenti. Kaprikornus dengan segala cara mereka menafsiri ayat ini untuk mendukung tujuan mereka.
Lafadz Maa in di sini di nakiroh kan lantaran ma`na yang dikehendaki ialah setiap makhluk hidup diciptakan dari satu macam air yang terkhusus untuk makhluk tersebut, atau Allah membuat semua makhluk itu dari air khusus yaitu sperma, kemudian Dia membeda-beda makhluk dari air tersebut. Kaprikornus maksudnya ialah dari satu masalah terciptalah perkara-perkara lain yang berbeda-beda dengan qudroh (kekuasan) Allah.[15] Tapi bukan proses evolusi yang terjadi, lantaran setiap makhluk tercipta dari air yang memang dikhususkan untuk mereka.
Sedangkan penggunaan lafadz man dalam ayat ini bukan berarti memperlihatkan kalau masih banyak makhluk-makhluk selain manusia, jin dan malaikat yang mempunyai akal, apalagi hidup diluar tata surya kita. Karena lafadz man disini bisa dipakai untuk ma`na makhluk yang akil dan tidak berakal, dan dalam kaidah bahasa Arab sudah biasa untuk memenangkan yang berakal, sehingga yang dipakai disini ialah lafadz man dan bukan maa.
3 dan 4 (QS. Al-Furqon ayat 54) dan (QS. Al-Anbiyaa` Ayat 30)
Artinya: “Dan Dia (pula) yang membuat insan dari air, kemudian Dia jadikan insan itu (mempunyai) keturunan dan Mushoharoh dan ialah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Artinya: “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.”
Dalam surat Al Furqon Allah memakai lafadz al maa` dalam penciptaan basyar (manusia/makhluk yang berkulit) dan dalam surat Al Anbiyaa` memakai lafadz al maa‟ untuk penciptaan segala sesuatu. Ini bukan berarti kalau Allah membuat suatu makhluk dari satu masalah (al maa`) kemudian makhluk tersebut berevolusi menjadi makhluk-makhluk lain yang bermacam-macam, tapi sebagaimana keterangan yang telah berlalu makhluk-makhluk tersebut tercipta dari satu jenis benda yaitu al maa`.[16]
5. (QS. Al-Nahl ayat 49):
Artinya: “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.”
Ayat ini juga dipakai sebagian orang untuk menandakan bahwa terdapat makhluk-makhluk selain manusia, jin dan malaikat yang akil yang hidup di planet selain bumi. Ini hanya semata-mata untuk mendukung teori evolusi yang selalu mereka perbaharuhi.
Tapi disini kami mempunyai pendapat yang berbeda dengan mereka. Walaupun ayat ini memakai kata daabbah yang berarti binatang yang melata (butuh daerah untuk berpijak), tapi fungsi dari daabbah disini ialah sebagai tashwir (penggambaran) dari salah satu ma`na yang tercakup oleh lafadz maa. Sedangkan dalam kaidah bahasa arab lafadz ma kebanyakan dipakai untuk memperlihatkan ma`na sesuatu yang tidak berakal. Kaprikornus bisa saja sesuatu yang ada dilangit yang bersujud ialah benda-benda mati menyerupai matahari, bintang, bulan dan lain-lain. Karena ini juga tercakup oleh ma`na maa dalam ayat tersebut. Sedangkan penggambaran sujud dari benda mati ialah tunduknya mereka terhadap qodrat yang diberikan oleh Allah kepada mereka.[17]
Dan andaikan kita mengikuti pendapat mereka bahwa makhluk-makhluk luar angkasa itu memang benar ada (seperti yang di terangkan sebagian jago tafsir), maka ayat inipun sama sekali tidak memperlihatkan bahwa terdapat proses evolusi pada makhluk tersebut.[18]
Pendapat mbah Syahid bahwa tinggi Nabi Adam ialah 31 m, Menelisik wacana sejarah Mbah Syahid yang konon katanya dia pernah mengutarakan bahwa tinggi Nabi Adam ialah 31 m kemudian terjadi penyusutan terus menerus pada anak cucunya, dimana proses ini katanya ialah awal dari proses evolusi. Dan dari keterangan dia ini oleh sebagian orang di klaim sebagai pemikiran gres yang jadikan sebagai bentuk pembelaan terhadap teori evolusi.
Disini kami tidak mewaspadai keterangan beliau, lantaran kalau kita melihat hadits yang dia kemukakan kita tidak perlu mewaspadai tingkat keshohihannya lantaran hadits ini diriwayatkan oleh Imam Buchori dan Imam Muslim.[19] Didalam hadits tersebut disebutkan bahwa tinggi Nabi Adam AS ialah 60 dhiro`, dimana kalau kita jadikan ukuran meter ialah 32,4 M kalau manggunakan ukuran Dziro` al nily (1 dziro` =54,00 cm).[20]
Jadi pendapat dia tersebut ialah lebih merupakan suatu penafsiran terhadap dziro` yang ada pada hadits tersebut, dan bukan merupakan suatu pemikiran yang baru. Bahkan kalau kita mau sedikit berfikir maka kita akan tahu bahwa pendapat dia hanyalah suatu perkiraan, lantaran banyaknya perbedaan pendapat mengenai ukuran dziro` dalam meter atau centimeter.
KESIMPULAN
Evolusi ialah sebuah kebohongan, Sejak langkah pertamanya, teori evolusi telah gagal. Buktinya evolusionis tidak bisa menjelaskan proses pembentukan satu protein pun. Baik aturan probilitas maupun aturan fisika dan kimia tidak memperlihatkan peluang sama sekali dalam pambentukan kehidupan secara kebetulan.
Bila satu protein saja tidak sanggup terbentuk secara kebetulan, apakah masuk logika kalau jutaan protein menyatukan diri membentuk sel. Begitulah yang terjadi sejauh ini, semakin terperinci struktur dan fungsi sel diketahui, semakin terang bahwa sel bukan susunan sederhana yang terbentuk secara acak, menyerupai kepahaman biologis primitif menyerupai Darwin.[21]
Dan lagi, karakteristik khusus insan menyerupai berfikir, bersenang-senang, mencicipi cinta, kasihan, kerinduan, kasih sayang dan lain-lain, tidak sanggup dijelaskan dari sudut pandang materialis atau penganut Darwin. Ideologi ini percaya bahwa semua makhluk hidup muncul secara kebetulan dari benda tak bernyawa, sedang mereka tidak pernah bisa menjelaskan bagaimana makhluk tak bernyawa tersebut suatu hari sanggup mempunyai kemampuan-kemampuan yang menakjubkan menyerupai itu.[22]
Kekalahan Darwinisme dihadapan ilmu pengetahuan sanggup ditinjau dari tiga bahasan pokok berikut:
1. Teori evolusi tidak bisa menjelaskan bagaimana kehidupan di bumi berasal.
2. Tidak adanya inovasi ilmiah sama sekali yang meperlihatkan bahwa prosedur evolusi yang diajukan teori ini mempunyai suatu kekuatan untuk mendorong terjadinya evolusi.
3. Catatan fosil menandakan sama sekali kebalikan dari anggapan-anggapan teori evolusi.[23]
Jadi, bahwasanya dalam sudut pandang manapun, baik secara ilmiah maupun logika sehat teori ini sudah kalah. Akan tetapi teori ini secara paksa dipertahankan terus dalam jadwal ilmu pengetahuan lantaran ada sesuatu dibalik semua itu.
Teori Darwin teori kekufuran
Darwinisme ialah suatu fatwa yang beropini adanya kekuatan berdiri sendiri di alam ini, yang menyatakan bahwa kehidupan tidaklah diciptakan, tetapi muncul lantaran kebetulan dan mencoba menjauhkan insan dari mempercayai Tuhan (menjadikan kafir), lantaran hal ini jelas-jelas menyimpang atau bahkan menentang dengan apa yang telah di terangkan oleh Allah dalam ayat-ayat berikut ini:
Sesungguhnya misal ( penciptaan) ‟Isa di sisi Allah ialah menyerupai (penciptaan) Adam. Allah membuat Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya “jadilah”(seorang manusia) maka jadilah. (QS. Ali Imron; 59).
Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik makkah) ”apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah kami ciptakan itu?”sesungguhnya kami telah membuat mereka dari tanah liat. (QS. Al-Shoffat:11 ).
Dan sesungguhnya kami telah membuat insan (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang di beri bentuk. (QS. Al-Hijr: 26).
Dia membuat insan dari tanah kering menyerupai tembikar. (QS. Al-Rohman: 14). Hai insan sekalian bertaqwalah kepada Tuhan mu yang telah membuat kau dari diri yang satu dan dari padanya Allah membuat istrinya dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang banyak. (QS. Al-Nisa’: 1).
Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan insan dari tanah. kemudian dia mengakibatkan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). (QS. Al-Sajdah:7-8 ).
Jadi bisa kami simpulkan bahwa teori tersebut ialah salah satu teori yang memang di munculkan sebagai jadwal pemurtadan terhadap orang Islam di dunia ini dan bukanlah untuk penelitian ilmiah atau yang lainnya.
Dampak fatwa Darwinisme
Saat ini, materialisme dan banyak sekali faham serta gerakan-gerakan yang dilahirkannya, ialah hal-hal utama yang mengakibatkan penyimpangan di dunia sekaligus memperbanyak pemurtadan-pemurtadan di muka bumi ini, lantaran itu, semua gerakan-gerakan semacam ini mendapat apa saja yang mereka katakan sebagai kebenaran ilmiah dari sumber dan dasar yang sama yaitu: Darwinisme.[24]
Orang yang sudah dimasuki olah pendidikan Darwinis-materialis mengira bahwa mengejar harta benda/materialis ialah hal terpenting di dunia. Karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak bertanggung jawab kepada siapapun dan tidak akan pernah mempertanggung jawabkan tindakan mereka. Mereka menganggap kebejatan moral dan menuruti hawa nafsu sendiri sebagai sesuatu yang dibenarkan, Mereka menerapkan aturan alam dalam dalam kehidupan mereka, yang terkuatlah yang menang, tidak ada aturan Tuhan, dan hal ini tidaklah perlu di pertanyakan lagi lantaran inti fatwa mereka ialah pengingkaran terhadap Sang Pencipta.
PENUTUP
Orang-orang kafir tak akan pernah berhenti untuk menghancurkan Islam walau bagaimanapun caranya. Salah satunya ialah dengan menerapkan pikiran sesat terhadap orang-orang muslim. Jadi, seharusnya kita harus lebih waspada terhadap tipudaya mereka.
Demikianlah goresan pena singkat kami biar sanggup membantu mengahadapi problematika yang ada dan biar kita semua terselamatkan dari pemikiran- pemikiran/teori-teori yang menyesatkan dan memurtadkan. Amiiin…ya Robbal „Alamin.
[1] Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya, 4. Pdf.
[2] Al-Tathowwur wa al-Tsabat fi al-Hayat al-Basyariyyah, 39-40.pdf.
[3] Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya, 9.pdf
[4] Kawasyif Zuyuuf, 317, Keruntuhan Teori Evolusi, Harun yahya, 9.pdf
[5] Tafsir Ayat al-Ahkam, Muhammad Ali al-Shobuni, 421. Keruntuhan Teori Evolusi, Harun yahya, 58.pdf.
[6] Menjawab Tuntas Polemik Evolusi, Harun Yahya, 71.pdf.
[7] QS. Ali imron Ayat: 59.
[8] Tafsir Al Qurthubi Juz: 17, 140.
[9] Sunan Abi Dawud Juz: 2, 634 & Sunan Al Tirmidzi Juz: 5, 204.
[10] Shohih al-Bukhori; Bab Bad’u as-Salam juz:3,:1210 & al-Jami’al-Shohih juz: 8, 149.
[11] Difaa’Ani al-Sunnah, Dr. Muhammad bin Muhammad Abu syahbah, 130.
[12] Tafsir Zaadu al-Masiir juz; VI. 473.
[13] Tafsir al-Qurthubi juz 14, 279.
[14] Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya, 121.
[15] Al Jadwal fi i`robi Al Qur`an Juz: 17, 279.
[16] Tafsir Fathu Al Qodir Juz: 4, 118.
[17] Tafsir Al Jalalain Juz: 1, 352.
[18] Tafsir Abi al-Su‟ud Juz: 8, 32.
[19] Shohih al-Bukhori; Bab Bad’u as-Salam juz: 3, 1210, Al jami’al-Shohih Muslim juz: 4, 149.
[20] Rumus-rumus Fuqoha, 106.
[21] Keruntuhan Teori Evolusi, Harun Yahya, 144. Pdf.
[22] Menjawab Tuntas Polemik Evolusi, Harun Yahya, 111.pdf.
[23] Terorisme Ritual Setan, Harun Yahya, 129.pdf
[24] Terorisme Ritual Setan, Harun Yahya, 129.pdf.