Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perairan Darat

Tahukah kamu perbedaan antara air tanah dan air permukaan? Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah. Adapun air permukaan adalah wilayah perairan yang terdapat di permukaan bumi. Salah satu bentuk air permukaan yang sering ditemui adalah sungai.

1. Air Tanah 
Air tanah adalah air yang berada di ruang antar batuan atau celah-celah batuan di bawah  permukaan bumi. Hampir 98% air daratan berada di bawah permukaan tanah, dan hanya 2% yang terlihat di sungai, danau, dan rawa. Air tanah terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam tanah, kemudian terkumpul pada suatu lapisan yang tidak tembus oleh air. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti pasir atau kerikil. Adapun lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Air tanah sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Air tanah merupakan sumber air bersih yang sehat dan dapat dimanfaatkan untuk minum, memasak, mandi, dan mencuci. Hal ini karena proses pembentukan air tanah melalui proses penyaringan, pembersihan, dan penetralan derajat keasamannya.
Sesuai dengan siklus hidrologi bahwa air mengalami penguapan. air tanah mengalami proses penguapan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut. 
  1. Penguapan langsung, akibat dari pemanasan lapisan tanah oleh sinar matahari melalui pori-pori di permukaan bumi. Penguapan ini disebut juga evaporasi. 
  2. Penguapan tidak langsung, air tanah yang terserap oleh akar tumbuhan, kemudian di distribusikan ke selumh bagian tubuh tanaman. Air yang tersimpan ditubuh tanaman mengalami penguapan karena penyinaran matahari. Proses ini disebut transpirasi. 

Akhir siklus hidrologi adalah infiltrasi. Banyaknya air hujan yang terserap ke dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya sebagai berikut. 
a. Tingkat Kelembapan Tanah 
Tanah yang kering memiliki kekuatan untuk meresap air lebih besar dibandingkan tanah yang lembap. Tanah dengan kelembapan tinggi bisa berakibat pada kejenuhan terhadap air sehingga tidak mampu meresap air lagi. 
b. Tingkat Porositas Tanah atau Batuan 
Tingkat porositas tanah atau batuan merupakan banyak sedikitnya pori-pori tanah atau batuan yang dapat meresapkan air. Tanah yang gembur dan mempunyai pori-pori yang banyak akan mudah meresapkan air.  
c. Tingkat kemiringan lereng 
Air hujan yang jatuh pada daerah datar akan memiliki kemampuan meresap lebih besar dibandingkan daerah yang miring. Air yang jatuh pada daerah miring akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah. 
d. Vegetasi penutup lahan 
Vegetasi di permukaan bumi sangat besar pengaruhnya terhadap peresapan air hujan ke dalam tanan. Hujan yang lebat akan tertahan oleh daun-daun dan ranting-ranting sehingga jatuhnya di permukaan bumi sangat perlahan-lahan. Dengan demikian, proses peresapan air lebih lancar. 

Air tanah dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut. 
a. Air Tanah Dangkal (Air Tanah Freatik) 
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terjadi dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul di atas lapisan kedap air yang paling dekat ke permukaan bumi. Kedalaman air tanah di berbagai tempat tidak sama. Di dataran rendah permukaan air tanahnya dangkal, sedangkan di dataran tinggi permukaan air tanahnya semakin dalam. Ketidaksamaan ini disebabkan perbedaan jenis tanah dan struktur tanah yang berbeda. Air tanah freatik banyak dimanfaatkan masyarakat melalui penggunaan sumur dangkal. 
b. Air Tanah Dalam (Air Tanah Artesis) 
Air tanah dalam adalah air tanah yang berada pada lapisan batuan yang porous (lolos air). Lapisan air tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang kedap air sehingga menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan. Air tanah dalam merupakan cadangan sumber air bersih yang sangat besar. Air tanah dalam dapat diambil airnya jika dibuat sumur artesis. 

2. Air Permukaan 
Air permukaan adalah air hujan yang turun dan mengalir di permukaan dan berkumpul pada suatu tempat yang relatif rendah. Kondisi air permukaan antara wilayah satu dan wilayah yang lain berbeda sesuai dengan kondisi geomorfologis wilayah. 
a. Sungai 
Sungai adalah tubuh air yang mempunyai aliran, dengan sumber airnya bisa berupa air hujan. gletser ataupun mata air yang berada di daratan dan bermuara ke laut, danau, ataupun sungai yang lebih besar. Sifat air mengalir ke tempat yang lebih rendah menyebabkan sumber-sumber air bisa membentuk aliran. MuIa-mula aliran yang dilalui relatif sempit dan pendek, tetapi secara proses alamiah aliran ini mengikis daerah yang dilaluinya. Akbatnya aliran ini semakin lama semakin lebar dan panjang, kemudian terbentuklah sungai. 

1) Jenis – jenis sungai
a) Berdasarkan Sumber Airnya 
(1) Sungai mata air, sungai yang sumber airnya dari mata air yang biasanya, terdapat di daerah pegunungan.
(2) Sungai hujan, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan.
(3) Sungai gletser, yaitu sungai yang sumber aimya beras dari pencairan es (gletser). Sungai ini dapat ditemui di daerah dengan ketinggian di atas 5.000 m di atas permukaan laut.
(4) Sungai campuran, sungai dengan sumber airnya berasal dari air hujan dan mencairnya es di pegunungan tinggi.

b) Berdasarkan Arah aliranny
(1) Sungai konsekuen, sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lerengnya.
(2) Sungai subsekuen, sungai yang arah aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen.
(3) Sungai resekuen, sungai yang arah alirannya sejajar dengan sungai konsekuen.
(4) Sungai obsekuen, sungai dengan arah aliran airnya berlawanan dengan sungai konsekuen.
(5) Sungai anteseden, sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. 
(6) Sungai reverse, sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya tidak mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Arah aliran sungai ini berbelok menuju ke tempat lain yang lebih rendah dikarenakan proses tektonis. 
(7) Sungai insekuen, sungai dengan arah aliran airnya tidak mengikuti perlapisan batuan sehingga arahnya tidak menentu. 

c) Berdasarkan Volume/Debit Airnya
(1) Sungai permanen atau disebut juga sungai perennial, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, Sungai Barito, dan Sungai Mahakam di Kalimantan. 
(2) Sungai periodik atau sungai ephemeral, adalah sungai yang pada waktu hujan airnya melimpah sedangkan pada musim kemarau aimya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya Sungai Opak, Sungai Progo, dan Sungai Brantas. 
(3) Sungai episodik, adalah sungai yang mengalir hanya pada musim hujan saja. Sungai ini hampir sama dengan sungai periodik, tetapi hanya mengalir pada saat musim hujan saja, contohnya Sungai Kaloda di Sumba. 

2) Pola Aliran Sungai 
Air memiliki sifat yang bergerak dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Namun. pada kenyataannya pola aliran sungai berbeda-beda bergantung pada kondisi geomorfologinya. Faktor yang memengaruhi pota aliran sungai yaitu sebagai berikut. 
a) Jenis batuan, jenis batuan ada yang mudah tererosi dan ada yang tidak mudah tererosi. Arah aliran sungai akan mengikuti batuan yang mudah tererosi. 
b) Proses geologi, proses tektonik yang berupa pengangkatan mampu mengubah pola aliran sungai. 
c) Struktur batuan, terbentuknya lipatan dan patahan akan berpengaruh pada pola aliran yang mengikuti patahan ataupun mengikuti struktur lipatan. 
d) Curah hujan, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan proses pelapukan dan hal ini dapat memengaruhi pola aliran sungai.

Pola aliran sungai dapat dikelompokkan menjadi berikut. 
a) Dendritik, pola alirannya tidak teratur, mirip dengan cabang atau akar tanaman. Pola aliran ini terdapat pada daerah yang jenis batuannya homogen dan berlereng tidak begitu terjal. 
b) Trellis, pola aliran anak-anak sungai sejajar dengan sungai utama. Aliran anak sungai membentuk sudut hampir 90° dengan sungai utama. 
c) Radial, pola alirannya berbentuk seperti jari. Terdapat dua macam pola radial, yaitu sebagai berikut. 
  1. Radial sentrifugal, pola alirannya menyebar dari arah puncak ke arah lereng. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung api. 
  2. Radial sentripetal, pola alirannya memusat ke suatu daerah. Pola aliran ini terdapat di daerah cekungan.

d) Rectangular, pola alirannya membentuk sudut siku-siku. Aliran sungai ini terdapat di daerah yang berstruktur patahan. 
e) Anular, pola alirannya melingkar akibat perkembangan dari pola radial sentrifugal. Pola aliran ini terdapat di kubah gunung api yang berstadium muda. 

Daerah Aliran Sungai (DAS) 
Daerah aliran sungai adalah wilayah aliran sungai yang dibatasi oleh punggung pegunungan dan bermuara pada satu sungai utama. Dengan demikian, daerah aliran - sungai merupakan wilayah tampungan air hujan yang masuk ke dalam sungai - sungai kecil yang akan bermuara pada satu sungai utama. Dengan kata lain, daerah aliran sungai terdiri dari percabangan anak-anak sungai dan satu induk sungai.

Satu daerah aliran sungai terbagi menjadi tiga bagian, yaitu daerah hulu, daerah alur tengah, dan daerah aliran hilir. Faktor-faktor yang memengaruhi daerah aliran sungai adalah iklim, jenis batuan, dan curah hujan. Kelangsungan suatu daerah aliran sungai akan berpengaruh terhadap keseimbangan hidrologi suatu daerah tersebut.

Jika daerah aliran sungai tidak dikelola dengan baik, akan terjadi degradasi dan kerusakan daerah aliran sungai. Indikasi bahwa daerah aliran sungai telah mengalami degradasi adalah terjadinya banjir. Pada tingkat kerusakan yang parah akan berdampak pada menurunnya cadangan air serta meningkatnya laju sedimentasi.
Untuk menjaga keseimbangan daerah aliran sungai perlu ada upaya menjaga kelestarian daerah aliran sungai, yaitu sebagai berikut.
  1. Melakukan penghijauan di bagian hulu.
  2. Menyeimbangkan penggunaan lahan dengan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
  3. Mencegah pencemaran di bagian hilir.