Perwilayahan
1. Pengertian Perwilayahan
PerwiIayahan adalah usaha untuk membagi-bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu dan untuk tujuan tertentu. Ini disebabkan lokasi-Iokasi di permukaan bumi jumlahnya sangat banyak sehingga diperlukan usaha untuk menyederhanakan infomasi menurut kriteria tertentu dengan tujuan agar lebih efisien dan ekonomis.
Perwilayahan memiliki tiga fungsi yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan pengembangan.
b. Peramalan wiiayah.
c. Analisis wilayah.
Perwilayahan di setiap negara berbeda-beda karena memiliki karakteristik yang tidak sama. Di Indonesia, perwilayahan didasarkan sumber daya yang ada di masing-masing daerah. Dengan demikian, pembangunan dapat direncanakan dengan baik sehingga pembangunan dapat merata di semua wilayah. Tujuan perwilayahan sebagai berikut.
- Untuk meratakan pembangunan di semua Wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara wilayah yang satu dan wilayah yang lain.
- Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
- Menyosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur pemerintah dan syarakat serta para pengusaha.
Perwilayahan dilakukan dengan cara regionalisasi. Regionalisasi selalu didasarkan kriteria dan kepentingan tertentu. Sebagai contoh, pada pembagian region permukaan bumi berdasakan iklim, kriteria yang digunakan adalah unsur cuaca, seperti temperatur, curah hujan, penguapan, kelembapan, dan angin. Regionalisasi menurut iklim ini sangat berguna untuk mengetahui persebaran hewan dan tumbuhan, tetapi mungkin kurang berguna dalam hal komunikasi atau transportasi.
- Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna.
- Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi.
- Menyederhanakan infomasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang sangat beragam.
- Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun manusia.
Regionalisasi membutuhkan tahapan yang lama. Oleh karena itu. harus dilaksanakan kajian atau penelitian mendalam yang melibatkan beberapa ahli, seperti ahli geografi, perencanaan pembangunan, sosiologi, dan ahIi-ahli lain yang sesuai dengan tujuan regionalisasi. informasi atau data-data yang harus dikumpulkan juga harus lengkap dan akurat. Persoalan yang paling menjadi masalah adalah keberadaan data yang sulit diperoleh dan jika ada data yang diperoleh, masih kurang akurat sehingga petugas yang melakukan pendataan harus teliti dan sungguh-sungguh.
Dalam membahas konsep wilayah, sebagian ahli hanya mengkaji gejaia-gejaia (fenomena) alami. Sebagai contoh, berdasarkan kesamaan ketinggian tempat sehingga terbentuk wilayah dataran tinggi atau pegunungan, perbukitan, daerah aliran sungai, dan wilayah pantai. Sebagian ahli lainnya membahas konsep wilayah berdasarkan gejala-gejala (fenomena) wilayah-wilayah tertentu. seperti wilayah Banyumas dengan karakteristik dalam wilayah tersebut sebagian besar penduduknya menggunakan bahasa Banyumas, wilayah Sunda dengan bahasa Sunda, wilayah Batak dengan bahasa Batak, wilayah Minahasa dengan bahasa Minahasa, dan Wilayah Banjar dengan bahasa Banjar.
Di samping itu, ahIi-ahli lainnya membahas konsep wilayah berdasarkan gejala - gejala (fenomena) geografi yang mengaitkan gejala-gejala alami dengan gejala-gejala kemanusiaan, misalnya mengaitkan gejala alami (curah hujan, kondisi tanah, ketinggian, tempat, cuaca, dan iklim setempat) dengan aktivitas penduduk sehingga muncul pertanian lahan basah, lahan kering, wilayah perkebunan. wilayah peternakan, wilayah hutan lindung, wilayah permukiman perdesaan, wilayah permukiman perkotaan, dan wiiayah perikanan pantai.
Secara garis besar perwilayahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu generalisasi wilayah (regional generalization) dan klasifikasi wilayah (regional classification).
a. Penyamarataan Wilayah (Regional Generalization)
Penyamarataan wilayah (generalisasi regional) adalah suatu proses atau usaha untuk membagi permukaan bumi atau bagian dari permukaan bumi tertentu menjadi beberapa bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan faktor-faktor tertentu dalam poulasi yang dianggap kurang penting atau kurang relevan, dengan maksud untuk menonjolkan karakter hal - hal yang perlu diperhatikan dalam generalisasi regional adalah berikut.
1) Skala peta studi wilayah yang detail menghendaki ketelitian dan ketepatan pengukuran-pengukuran yang dilakukan di lapangan. Peta berskala besar dalam hal ini digunakan untuk visualisasi data. Daerah survei pada taraf ini daerah liputannya tidak terlalu luas. Generalisasi dengan cakupan luas dengan sendirinya akan menggunakan peta berskala kecil. Akibat yang timbul dari penggunaan skala peta yang berbeda adalah sebagai berikut.
- Makin besar skala peta (makin detail feature yang diamati) akan makin kecii derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan.
- Makin kecil skala peta akan semakin besar derajat penyamarataan wilayah yang dilakukan.
2) Tujuan perwilayahan akan memengaruhi derajat generalisasi yang ditakukan. Sebagai contoh, pemetaan tata guna tanah mempunyai derajat generalisasi yang lebih kecil dibandingkan generalisass regional untuk tujuan analisis klimatologis. Hal ini dipengaruhi oleh visual features daerah penelitian. Visual data akan mengalami derajat generalisasi lebih kecil dibandingkan univisual data dengan batasan faktor - faktor lain adalah sama.
b. Penyamarataan Wilayah (Regional Classification)
Secara etimologis, klasifikasi adalah metode untuk mengatur data secara sistematis manjadi golongan-golongan atau beberapa bagian yang dalam hal ini dapat berupa grup, kelas, atau keluarga. Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara sistematis ke dalam bagian-bagian tertentu berdasarkan properti tertentu. Penggolongan yang dimaksud haruslah memperhatikan keseragaman sitat dan semua indivndu. Semua individu dalam populasi mendapatkan tempat dalam golongan masing-masing Tujuan utama klasifikasi adalah untuk tidak menonjoIkan sifat-sifat tertentu dari sejumlah individu, tetapi mencari diferensiasi antargolongan. Cara klasifikasi dapat dikerjakan dengan sifat kualitatif ataupun kuantitatif. Klasifikasi dapat bertujuan mangatahui diferensiasi jenis dan diferensiasi tingkat.
1) Diferensiasi Jenis
Diferensiasi jenis dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai sifat suatu wilayah. Jenis ini biasanya menggunakan cara kualitatif. Contoh: klasifikasi wilayah bedasarkan penyebaran tata guna tanah. Makin teliti klasifikasi. akan makin baik informasinya.
2) Diferensiasi Tingkat
- Metode Interval (Interval method), regionalisasinya berdasarkan data statistik, sifat utamanya adalah kuantitatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah paramater-parametar kelas yang digunakan untuk dasar penggolongan. Makin banyak kelas yang dibentuk dalam diferensiasi atau makin kecil interval yang digunakan sebagai dasar penggolongan, makin banyak infomasi yang dapat diperoleh dari data yang bersangkutan. Dari penyebaran data secara kewangan yang tidak teratur, dapat dipero|eh sistematika penyebaran data pada interval tertentu.
- Metode hierarki (hierarchical method), masing-masing kelas mempunyai hubungan dengan kelas-kelas di bawahnya atau di atasnya, karena orde yang lebih tinggi merupakan gabungan dari kelas di bawahnya. Secara diafragmatis pembagian kelas dengan metode hierarki.
2. Perwilayahan secara Formal dan Fungsional
a. Perwilayahan secara Format
Wilayah formal adalah wilayah geografis yang seragam atau homogeni menurut kriteria tertentu. Kriteria ini dapat berupa kriteria fisik (topografi. Iklim, dan vegetasi) serta kriteria sosial dan politik (partai politik, tipe industri, tipe pertanian, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, dan laju penumbuhan ekonomi). Wilayah ini biasanya merupakan wilayah pinggiran yang statis, seragam, dan tidak aktif.
Perwilayahan formal dalam menentukan ada beberapa batas yang harus diperhatikan, misalnya dengan mengelompokkan unit-unit lokal yang mempunyai ciri-ciri dan kriteria serupa. Batasannya antara lain sebagai berikut
- Mengklasifikasikan tempat-tempat tertentu berdasarkan tipe-tipe obyek atau peristiwa yang dikehendaki. misalnya membagi wilayah berdasarkan letak lahan, serta penggolongan daerah dataran rendah, daerah perbukitan. atau pegunungan.
- Mengelompokkan objek-objek yang mempunyai type yang sama dan membuat batas yang memisahkan setiap zona.
Penentuan batas dalam mengklasifikasikan wilayah bisa menggunakan kriteria sederhana. misalnya wilayah dengan ketinggian tertentu dan wilayah dataran rendah. Akan tetapi tidak semua bisa diklasifikasikan dengan batas sederhana jika kriteria yang dipadukan sangat kompleks. Ada dua macam metode yang bisa digunakan untuk menentukan batas wilayah formal, yaitu metode bilangan indeks tertimbang dan metode analisis faktor. Penjelasan metode tersebut adalah sebagai berikut.
- Metode bilangan indeks tertimbang. mempertimbangkan bebarapa kriteria. Kriteria yang digunakan adalah jumlah pengangguran dan pendapatan per kapita. Kedua kriteria ini digunakan secara barsama-sama untuk menentukan apakah suatu wilayah termasuk wilayah yang mamiliki perekonomian rendah atau tinggi. Dalam metode ini ditentukan lebih dulu besar pengangguran dan pendapatan per kapitanya. Contoh: wilayah yang jumlah penganggurannya lebih dari 3% dan pendapatan per kapitanya di bawah satu juta rupiah. daerah ini termasuk wilayah yang memiliki perekonomian rendah. dan sebaliknya.
- Metode analisis faktor, merupakan regionalisasi yang rumit, penentuan batas wiiayah menggunakan beberapa faktor. Masing-masing faktor terdiri dari beberapa kriteria. misalnya penentuan batas wilayah yang memiliki tingkat perekonomian tinggi monggunakan faktor industri dan faktor sosial ekonomi. Baik buruknya metode ini ditentukan oleh baik buruknya pemilihan dan kualitas yang digunakan.
Contoh penentu nilai bobot indeks dengan variabel yang digunakan untuk menentukan wilayah homogen secara sosial ekonomi adalah pendapatan per kapita dan tingkat pertumbuhan penduduk.
b. Perwilayahan secara Funsional
Maksud dari wilayah fungsional adalah wilayah geografis yang memperlihatkan suatu hubungan fungsional tertentu dan Interdependensi antarbagian wilayah. Wilayah ini merupakan wilayah yang dinamis, aktif, dan terbentuk secara terus menerus oleh dorongan yang mengubahnya. Biasanya wilayah ini merupakan pusat kota dan sekitarnya. Penentuan batas wilayah fungsional Ini adalah suatu wilayah yang memperlihatkan tingkat lnterdependensinya yang cukup besar. Ada dua cara untuk menentukan batas lungslonal, yaitu analisis arus dan analisis gravitasi.
- Analisis arus merupakan penentuan batas fungsional berdasarkan arah dan Intensitas atau interaksi antara wilayah inti dan di luar wilayah inti. Interaksi akan semakin berkurang dengan semakin jauhnya jarak dari wilayah inti, dan interaksi akan semakin bertambah dengan semakin dekatnya jarak dengan wilayah ini.
- Analisis gravitasi didasarkan pada asumsi bahwa interaksi dua wilayah memiliki hubungan berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan Jarak.
3. Perwilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis
Wilayah permukaan bumi terdiri dari berbagai fenomena geografis. Fenomena geografis ini bisa dijadikan dasar untuk menentukan perwilayahan. Fenomena geografis yang timbul di permukaan bumi muncul akibat interaksi antarmanusia dan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan bentang alam dan bentang budaya. Peranan manusia dalam interaksi sangat menonjol.
Kota merupakan suatu fenomena geografis, yang muncul akibat Interaksi manusia dengan lingkungannya. Secara umum kota merupakan tempat bermukimnya warga. tempat bekerja, tempat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, dan pusat kegiatan lainnya yang telah mengalami banyak kemajuan pembangunan fisik. Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih besar, antara lain sebagai berikut.
- Sebagai pusat permukiman (tempat tinggal) penduduk.
- Pusat penumpukan modal dan keuangan.
- Pusat kegiatan transportasi.
- Pusat kegiatan konsumsi dan produksi.
- Pusat kegiatan pemasaran dan perdagangan.
- Pusat perindustrian.
- Pusat kegiatan sosial budaya.
Berikut adalah beberapa penggolongan atau klasifikasi wilayah menurut fenomena geografisnya.
- Core region, yaitu inti wilayah yang biasanya berupa daerah metropolitan yang terdiri dari dua atau lebih kota-kota yang berkelompok. Contoh: kota Jakarta.
- Development axes (poros pembangunan) yaitu daerah yang menghubungkan dua atau lebih cor region. Biasanya berupa jalur memanjang di koridor transportasi. Contoh: jalur transportasi yang menghubungkan kota Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
- Resource frontier region, yaitu suatu wilayah baru yang mulai berkembang dan nantinya. yang produktif. Daerah ini biasanya terletak jauh dari core region. transmigrasi, kawasan industri, daerah perkebunan, dan sebagainya.
- Depressed region atau daerah tertekan secara sosial dan ekonomi sehingga cenderung menjadi daerah yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya.
- Social problem region, yaitu suatu daerah yang terletak pada lokasi yang khusus dengan karakteristik tertentu .Contoh: daerah perbatasan, daerah cagar purbakala, perumahan militer, dan sebagainya.