Kala Geologi dan Sejarah Kehidupan
Menurut pemahaman Anda, ketika planet bumi baru saja terbentuk, apakah sudah ada makhluk hidup? Menurut perkiraan, manusia ada setelah bumi ini tementuk. Sebelum ada kehidupan di bumi, terjadi proses pembentukan batuan kerak bumi. Tahukah Anda, bagaimana sejarah terjadinya bumi dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi?
Bebarapa teori yang mendukung sejarah terjadinya bumi dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi antara lain sebagai berikut.
1. Teori Malapetaka
Teori ini dikemukakan oleh Baron Georges Cuvier. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan yaitu kehidupan di alam pada saat itu ditemui dalam jumlah yang sangat berlimpah dan diketahui lebih lanjut bahwa pada tiap lapisan kulit bumi tertentu mengandung fosil tertentu pula. Perbedaan yang ada pada kelompok kehidupan yang terdapat dalam setiap lapisan mempunyai ukuran yang sama besar dengan kelompok kehidupan yang hidup pada masa sekarang.
Kehidupan dari tiap-tiap zaman tidak mengalami perubahan dan pada waktu terjadi revolusi, hewan-hewan ataupun tumbuh-tumbuhan punah. Setelah malapetaka terjadi, muncul hewan dan tumbuhan baru yang pada akhirnya juga akan mengalami revolusi yang memusnahkannya. Pada tahap selanjutnya manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada sekarang ini terbentuk setelah malapetaka yang terakhir.
2. Teori Uniformitarisma
James Hutton mengemukakan teori ini dengan. melakukan penyelidikan proses sedimentasi yang terjadi di sungai, danau, ataupun pantai di daerah Skotlandia. Dia membuat kesimpulan bahwa ketampakan pada batuan sedimen yang terbentuk pada masa lampau dapat ditemui pula pada proses pembentukan sedimen yang terjadi pada masa sekarang. Konsep uniformitarisma menyatakan bahwa waktu sekarang adalah kunci pada masa lampau (present is the key to the past).
3. Hukum Steno
Hukum ini dikemukakang oleh Steno“, seorang ahli geologi dari Italia. Dari berbagai hasil pengamatannya, muncul tiga hukum yang berlaku untuk batuan sedimen. Hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut.
- Hukum superposisi, menyatakan bahwa pada batuan sedimen dalam kedudukan yang belum berubah, bagian atas merupakan bagian yang relatif muda apabila dibandingkan dengan bagian bawah.
- Hukum kejadian horizontal, menyatakan bahwa dalam satu tahap perlapisan pada saat mula terbentuk mempunyai kedudukan horizontal. Jika ternyata lapisan tersebut sudah membentuk sudut dengan bidang horizontal, menunjukkan bahwa perlapisan tersebut sudah pernah terangkat.
- Hukum kejadian menerus, menyatakan bahwa dalam proses sedimentasi akan menghasilkan perlapisan yang tebalnya sama jika tidak terjadi gangguan di tempat terjadinya. (dalam cekungan sedimentasi). Apabila ditemui lapisan yang semakin menipis, hal ini bisa disebabkan oleh adanya gangguan pada saat proses sedimentasi sedang berlangsung.
4. Hukum lntrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh A.W.R. Potter dan H. Robinson
Suatu intrusi (penerobosan) batuan akan berumur lebih muda daripada batuan yang diterobosnya.
5. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovle (1777)
Dalam urutan-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu begitu juga sekelompok lapisan di atas ataupun di bawahnya.
6. Prinsip William Smlth (1816)
Urutan lapisan sedimen dapat diacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.
Umur kulit bumi dapat ditetapkan secara relatif (umur relatif). Pengertian dari umur kulit bumi adalah usia lapisan kulit bumi yang dihitung dari terbentuknya bumi sampai sekarang. Adapun umur relatif adalah umur kulit bumi yang dinyatakan sesuai dengan jenis-jenis makhluk hidup pada zaman tersebut. Penentuan umur kulit bumi dapat diketahui dengan adanya fosil. Dalam setiap periode dari sejarah bumi selalu terdapat makhluk-makhluk yang khas yang hanya hidup pada waktu tersebut. Bekas atau sisa yang sudah membatu dari makhluk tersebut dapat digunakan untuk penentuan umur kulit bumi. Penggunaan fosil untuk menentukan umur relatif didasarkan dengan adanya pendapat bahwa jenis-jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan selalu mengalami perubahan bentuk (mengalami proses evolusi) selama sejarah bumi. Semakin sederhana bentuk makhluk hidup (makhluk bersel satu) semakin tua umurnya. Fosil yang khas digunakan untuk penentuan umur relatif disebut sebagai fosil petunjuk atau fosil pandu.
Sejarah kehidupan di bumi baru dimulai sekitar 3,5 miliar tahun lalu, dengan munculnya mikroorganisme sederhana yaitu bakteri dan ganggang, kemudian baru muncul organisme bersel banyak.
Pada sekitar 440 juta tahun lalu secara bertahap kehidupan yang lebih kompleks mulai berevolusi. Perkembangan tumbuhan diawali oleh Pteridophyta (tumbuhan paku), Gymnosperm (tumbuhan berujung), dan terakhir Angiospenn (tumbuhan berbunga). Adapun perkembangan hewan dimulai dari invertebrata, ikan, amiibi, reptilia, burung, dan mamalia, kemudian muncul manusia.
Uraian berikut merupakan skala waktu geologi dengan pembagian menjadi masa yang didesakan oleh adanya perkembangan kehidupan yang sudah nyata.
1. Masa Prakambrium (4,5 - 2,5 Tahun Lalu)
- Masa Arkeozoikum, Arkeozoikum artinya masa kehidupan purba. Masa arkeozoikum (arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan dibeberapa bagian dunia yang lazim disebut kratonlpensai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya atmosfer serta awal munculnya kehidupan primitif di dalam samudra berupa mikroorganisme (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
- Masa Proterozoikum (Masa Kehidupan Awal), Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Enkaryotes ini akan menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya akan meniadi binatang. Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak, seperti ubur ubur, cacing, dan koral mulai muncul di Iaut-laut dangkal yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa arkedzoikum dan proterozoikum dikenali sebagai masa prakambrium. Tempat-tempat yang dapat ditemui batuan prakambrium adalah Grand Canyon di sungai Colorado (Amerika), sekitar Teluk Hudson yang dikenal sebagai Perisai Kanada, dan di Benua Austraiia bagian barat yang dikenal sebagai Perisai Australia. Di Indonesia hingga saat ini belum ditemui kemungkinan adanya endapan yang berumur prakambrium. Apabila ada, kemungkinan besar akan ditemui pada tempat yang berdekatan dengan Perisai Australia yaitu di Pulau Papua. Adapun bukti adanya kehidupan yang nyata selama prakambrium masih belum dapat dipastikan.
2. Masa Paleozoikum
Masa paleozoikum terdiri dari dua bagian, yaitu paleozoikum bawah yang meliputi zaman kambrium, zaman ordovisium, dan zaman silur serta paleozoikum atas yang meliputi zaman devon, zaman karbon, dan zaman perm.
- Zaman Kambrium (600-500 Juta Tahun Lalu), Kambrium berasai dari kata Cambria yaitu nama Latin untuk daerah Wales di Inggris, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah alga, cacing, spons, koral, Mollusca, Echinodermata, Brachiopoda, dan Arthropoda (Trilobit).
- Zaman Ordovisium (500-440 Juta Tahun Lain) Pada zaman ini koral dan alga berkembang membentuk karang serta Trilobit dan mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit berkembang pesat, sedangkan Echinodermata dan Brachiopoda mulai menyebar. Meluapnya samudra dari zaman es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini.
- Zaman Silur (440-410 Juta Tahun Lalu), Zaman silur berbatasan dengan batuan kambrium. Lapisan-lapisan silur dicirikan dengan adanya fauna yang lebih beraneka ragam apabila dibandingkan dengan zaman kambrium. Zaman silur berkembang dengan baik sebagai endapan darat ataupun endapan laut. Endapan di darat kadang-kadang sebagai endapan di sungai ataupun danau. Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Banyak kelompok kehidupan baru muncul selama zaman silur. Salah satunya adalah kelompok vertebrata. Tumbuhan darat mulai muncul yaitu Pteridophyta (tumbuhan paku). Pembentukan Air Terjun Niagara di Amerika terjadi pada zaman silur. Selama zaman silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintas Skandinavia, Skotlandia, dan pantai Amerika Utara. Di indonesia fosil tertua yang ditemukan berumur silur dapat ditemui di Papua. Pada palung Papua. batuan yang diendapkan berumur silur atas berwujud batu gamping hijau yang mengandung fosil Halysites wallichi reed serta ditemukannya batu guling di sepanjang anak Sungai Sini Laurent yang mengalir di lereng. selatan Pegunungan Jayawijaya. Adapun di wilayah Indonesia bagian barat belum pernah ditemukan tanda - tanda adanya cekungan pada zaman silur yang merupakan tempat sedimentasi batuan yang berumur silur.
- Zaman Devon (410-360 Juta Tahun Lalu), Zaman devon dapat dipisahkan dari zaman karbon di atasnya dan zaman silur yang ada di bawahnya. Ciri-ciri dari zaman devon adalah munculnya tumbuh-tumbuhan darat pertama dan binatang bertulang belakang. Di laut dijumpai kelompok binatang yang tak bertulang belakang, antara lain Ammonit dan Brachiopoda. Selain itu, terdapat golongan Tetracoral dan beberapa di antaranya khas untuk zaman devon. Beberapa anggota dari Mollusca dan Arthropoda juga berkembang dengan baik, bahkan beberapa di antaranya khusus untuk zaman devon. Demikian yuga golongan vertebrata, antara lain ikan dan amfibi. Golongan tumbuh-tumbuhan sudah ada pada zaman devon. Salah satunya Rhynea yang terdapat pada batu pasir merah tua di Skotlandia. Jenis-jenis tumbuhan pada zaman devon masih terbatas pada jenis yang masih sederhana atau disebut sebagai tumbuhan tingkat rendah. Penyebaran endapan devon terutama di sekitar cekungan yang menghasilkan batu pasir merah tua antara lain di sekitar Pegunungan Caledonia yaitu di Inggris, Skotlandia, Skandinavia. Tanah Hijau, hingga melampaui dataran tinggi Rusia. Di Indonesia bagian timur endapan devon terdapat di bagian barat daya Irian Barat, tepatnya di Sungai Nordwestrivier yang terdapat batu pasir cokelat, kelabu, dan putih serta mengandung fosil Favosites, Cysthiphyllum, dan Cyathophyllum douvillei. Adapun di Indonesia bagian barat, endapan devon terdapat di Kalimantan Timur yang dikenal sebagai formasi danau.
- Zaman Karbon (360-290 Juta Tahun Lalu), Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu massa daratan yang disebut Pangea. Ciri dari zaman karbon adalah ditemuinya sejumlah karbon bebas. Golongan vertebrata seperti reptilia dan amfibi yang sudah muncul pada zaman devon mengalami perkembangan pesat pada zaman karbon. Adanya karbon bebas mengindikasikan bahwa saat itu terjadi perkembangan yang pesat dari jenis tumbuh-tumbuhan. Pada zaman karbon ini terjadi pembentukan pegunungan. Zaman karbon menunjukkan perkembangan flora yang sangat pesat, antara lain Lepidodendron, Sigillria, Neoropteris, Glossopteris, dan Cordates. Semuanya merupakan pembentukan batu bara sebagai salah satu ciri zaman karbon. Di Indonesia, perkembangan endapan karbon relatif tidak luas dan hanya diketahui di daerah Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
- Zaman Perm (290-250 Juta Tahun Lalu), Zaman perm dicirikan dengan adanya kumpulan kehidupan paleozoikum yang terakhir, antara lain kelompok Trilobit, Tetracoral, Fusulina, Tabulata, Blastoida, dan Cephalopoda. Endapan zaman perm di Indonesia hanya dapat dijumpai di beberapa tempat. Di Sumatra endapan perm dapat dilihat di daerah Pegunungan Bukit Barisan sekitar Danau Singkarak. Di Pegunungan Jayawijaya endapan perm berkembang sebagai batu gamping yang mengandung fosil Londsdaleia fliegeli. Endapan perm di Indonesia juga berkembang dengan baik di Pulau Timor dan paling kaya, fosil yang tersimpan sangat baik pada sedimennya, bahkan terbaik di seluruh dunia. Batuan endapan pada zaman perm tersebar luas di pulau ini, tetapi karena pengaruh tektonik yang kompleks dan banyaknya kelompok serta tidak teraturnya urutan dan susunannya menyebabkan batuan perm di daerah ini suiit untuk diselidiki.
3. Masa Mesozoikum
Masa mesozoikum dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman trias, zaman jura, dan zaman kapur yang masing-masing zaman dicirikan dengan adanya perkembangan kehidupan tertentu ataupun peristiwa-peristiwa geologi khusus.
- Zaman Trias (250-210 Juta Tahun Lalu), Perkembangan kehidupan zaman trias menunjukkan banyak terjadi perubahan, terutama untuk jenis fauna baik untuk golongan vertebrata maupun golongan invertebrata. Untuk jenis vertebrata khususnya yang termasuk reptilia sudah mulai dikenal Rutiodon yang semula hidup dalam lingkungan air, kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat.
- Zaman Jura (210-9140 Juta Tahun Lalu), Pada zaman ini, Ammonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat Jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiosaums berburu di dalam lautan, dan Pterosaurus merajai angkasa. Pada masa Ini dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa beeamya. Burung sejati pertama (Archaeoptelyx) berevolusi dan banyak Jenis buaya berkembang. Tumbuhan konifera banyak berkembang, sementara Benneflt dan Sequoia melimpah pada waktu ini.
- Zaman Kapur (140-65 Juta Tahun Lalu), Zaman kapur dicirikan oleh suatu daur pengendapan susut laut-genang laut-susut laut. Zaman Jura berakhir dengan susut laut dan kebanyakan tempat di dunia berkembang menjadi endapan darat yang banyak mengandung fosil reptilla. Susut laut ini terjadi terus sampai pada zaman kapur bawah yang kemudian pada zaman kapur pertengahan disusul oleh genang laut yang cukup besar dan hampir meliputi seluruh dunia.
Di akhir zaman kapur terjadi lagi susut laut. Endapan zaman kapur diperkirakan berumur 65 sampai 135 juta tahun. Hasil pengendapan lingkungan darat pada zaman ini banyak mengandung fosil vertebrata khususnya reptilia. Adapun yang diendapkan dalam lingkungan laut banyak mengandung fosil Ammonit, Belemnit, Foraminifera, dan lain-lain. Beberapa di antaranya berfungsi sebagai fosil penunjuk. Perkembangan jenis fauna pada zaman kapur diimbangi pula dengan perkembangan jenis flora, mulai terlihat dengan nyata perkembangan jenis Angiosperm yang merupakan golongan tumbuhan tingkat tinggi dan telah mempunyai bunga. Di Indonesia endapan zaman kapur dapat ditemui di Lok Ulo, Karangsambung. Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
4. Masa Kenozoikum (65 Juta Tahun Lalu)
- Zaman Tersier (65-1,7 Juta Tahun Lalu), Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut seperti ikan, Mollusca, dan Echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat, dan rumput. Pada zaman tersier-kuarter, pemunculan serta kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global.
- Zaman Kuarter (1,7 Juta Tahun Lalu-Sekarang), Zaman kuarter terdiri dari kala pleistosen dan kala holosen. Kala pleistosen dimulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu, kemudian diikuti oleh kala holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada kala pleistosen paling sedikit terjadi lima kali zaman es (zaman glasial). Pada zaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika Utara, dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia, dan Pegunungan Himalaya. Manusia purba Jawa (Homo erectus yang dahulu disebut Pithecanthropus erecfus) muncul pada kala pleistosen. Manusia modem yang mempunyai peradaban baru muncul pada kala holosen. Flora dan fauna yang hidup pada kala pleistosen sangat mirip dengan flora-dan fauna yang hidup sekarang.