Kinerja Guru Dalam Mendesain Pembelajaran Pai
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh aneka macam perubahan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk sanggup menjawab bebagai permasalahan lokal dan dan perubahan global yang begitu pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut ibarat pasar bebas, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, seni, budaya, yang sangat dahsyat. Maka dengan perkembangan tersebut harus dibarengi dengan perkembangan di dunia pendidikan mulai dari mutu pendidikan baik mutu guru, siswa, kurikulum, dan sarana prasarana yang berkualitas, sehingga akan mengahsilkan sumberdaya insan yang berkualitas pula.
Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan insan dan tidak terbatas pada umur. Suatu negara yang mutu pendidikannya rendah akan mengakibatkan terhambatnya kemajuan suatu negara. Dalam UU No. 20 / 2003 perihal sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian bahwa pendidikan ialah perjuangan dasar dan berkala untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran biar peserta didik secara aktif membuatkan potensi dirinya sehingga mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, moral mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangan potensi peserta didik biar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis.
Dalam meningkatakan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan seluruh komponen pendidikan ibarat peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah. Namun disini guru merupakan komponen paling menentukan, lantaran ditangan gurulah komponen-komponen lain menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Guru pula yang menjadi perhatian utama bagi peserta didik sehingga guru harus bisa menjadi sosok figur bagi anak didiknya. Oleh alasannya ialah itu, guru harus mempunyai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain melaksanakan perubahan kurikulum secara teratur, dengan maksud biar isi kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat yang berkembang dengan cepat. Di samping itu, juga dilakukan upaya melaksanakan penataran-penataran guru, mengirim tenaga-tenaga kependidikan keluar negeri untuk mengikuti aneka macam kegiatan workshop, seminar, latihan, studi lanjut dan sebagainya, dalam makalah ini penulis akan memeparkan kinerja guru dalam mendesain pembelajaran pai
PEMBAHASAN
A. Kinerja Guru Dalam Mendesain Pembelajaran
Kata “kinerja” dalam bahasa Indonesia ialah terjema dari kata dalam bahasa Inggris”Performance” yang berarti (1) pekerjaan, perbuatan; atau (2) penampilan, pertunjukkan. Sedangkan kinerja dalam istilah ilmu manajemen atau ilmu manajemen mempunyai pengertian yang hampir sama. Peter F. Drucker (1987: 46) menyatakan bahwa kinerja ialah uji tuntas terhadap institusi (performance is the ultimate test for any institution). Bantam English Dictionary (1979) dalam Rivai (2005:14) performance berasal dari “to perform” dengan beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, dan melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan keewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill, as vow); (3) melaksanakan atau meyempurnakan tangung jawab (to excute or complete an understaking); (4) melaksanakan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Beberapa pengertian kinerja dikemukakan Rivai (2005:15) oleh sejumlah hebat antara lain (1) kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta (Stolovich and Keeps, 1992); (2) kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri peekerja (Griffin, 1987); (3) kinerja merupakan suatu fungsi motivasi dan kemampuan seseorang dalam menuntaskan kiprah atau pekerjaan, seseorang mempunyai derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut, kinerja atau performansi berdasarkan Sagala mempunyai pengertian yang bervariasi dalam manajemen. Performansi dari bahasa Inggris “performance” yang berarti unjuk kerja atau kinerja, namun terminology ini telah di Indonesiakan mejadi performansi.[1]
Robbins (1982) mengemukakan bahwa performansi memperlihatkan efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas. Harris, Meintyre, Littleton, dan Long (1979) menyampaikan bahwa performansi/kinerja ialah sikap yang memperlihatkan kompetensi yang relevan dengan kiprah realistis dan citra sikap difokuskan pada konteks pekerjaan yaitu sikap diwujudkan untuk memperjelas deskripsi-deskripsi kerja menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang diinginkan.[2]
Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang terperinci perihal apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993). Pendpat para hebat ini memperlihatkan bahwa kinerja ialah kesediaan seseorang atau kelompok orang melaksanakan pekerjaan. Campbell at al (1983) mengemukakan bahwa performansi personal sanggup dinilai melalui pertanyaan persyaratan yang dibutuhkan yang menggambarkan kinerja suatu jabatan, lantaran bagaimanapun kinerja kepala sekolah harus mengacu pada system sekolah yang diperkirakan. Unsur-unsur kinerja berdasarkan Chaplin terdiri dari kegiatan tinngkah laris (behavior) dan produktivitas. Aktivitas ialah gerakan atau tingkah laris organism semua proses mental atau fisiologis. Tingkah laris ialah sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan secara khusus dari satu kesatuan pola reaksi meliputi segala sesuatu yang dilakukan atau dialami oleh seseorang. Produktivitas ialah daya produksi, kualitas kemampuan yang kreatif, kualitas kesanggupan menuntaskan sebagian besar kiprah ibarat penelitian, publikasi, dann lain-lain.[3]
Dari beberapa pengertian di atas penulis berkesimpulan bahwa kinerja ialah manifestasi hasil karya yang dicapai oleh suatu institusi/guru. Ukuran keberhasilan suatu guru/institusi meliputi seluuruh kegiatan sehabis melalui uji tuntas terhadap tujuan perjuangan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.[4]
Guru ialah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi topipembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas pengabdian dan loyalitas pengabdiannya.[5] Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya ddibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan kuat terhadap permasalahan.
Guru sebagai tenaga pendidikan secara subtantif memegang peranan tidak hanya melaksanakan pengajran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi dituntut untuk bisa memperlihatkan bimbingan dan pelatihan. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 29 bahwa: tenaga pendidikan selainn bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaa, pengembangan, pelayanan dalam satuan pendidikan juga sebagai tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran, bimbingan dan pelatihan. [6]
Faktor-faktor yang mensugesti kinerja guru yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan ialah: (1) human performance yang menggambarkan kemampuan (ability) yang didukung oleh motivasi yang kuat; (2) kemampuan yang menggambarkan pengetahuan yang didukung oleh keterampilan (skill); (3) motivasi (motivation) yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang aman untuk itu.[7]
Faktor-faktor yang mensugesti kinerja guru yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan ialah: (1) human performance yang menggambarkan kemampuan (ability) yang didukung oleh motivasi yang kuat; (2) kemampuan yang menggambarkan pengetahuan yang didukung oleh keterampilan (skill); (3) motivasi (motivation) yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang aman untuk itu.[8]
B. Pentingnya perencanaan dan desain pembelajaran
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan atau planning (planning) sampaumur ini telah dikenal oleh hampir setiap orang. Kita mengenal planning pembangunan, perencanaan pendidikan dan sebagainya. Definisi mengenai perencanaan memang dibutuhkan biar dalam uraian selanjutnya tidak terjadi kesimpangsiuran. Definisi pada umumnya merupakan suatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada kaitannya dengan istilah yang dipakai, dalam hal ini perencanaan. Namun hingga ketika ini belum didefinisikan secara resmi dan hingga kini perencanaan itu sendiri belum merupakan suatu disiplin ilmu sendiri.
Supaya diperoleh suatu komitmen atau kesepakatan, sehingga kesimpangsiuran atau kesalahpahaman sanggup dihindarkan, langkah awal yang ditempuh ialah mengemukakan pengertian perencanaan pengajaran. Upaya untuk dimaksud itu dilakukan dengan mengemukakan beberapa batasan atau definisi.
Kaufman menyampaikan perencanaan ialah suatu proyeksi perihal apa yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencangkup elemen-elemen :
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Sekuensi hasil yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
f. Identifikasi taktik alternative yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk didalamnya merinci laba dan kerugian tiap taktik dan alat yang dipakai.[9]
Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang dibutuhkan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari pemahaman diatas, maka perencanaan mengadung enam pokok pikiran yakni :
a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.
b. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga sanggup dilihat kesenjangannya.
c. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha,
d. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu sanggup beranekaragam dan merupakan alternative yang mungkin ditempuh.
e. Pemilaihan altenatif yang paling baik, dalam arti mempunyai efektifitas dan efesiensi yang paling tinggi perlu dilakukan.
f. Altenatif yang dipilih harus diperinci sehingga sanggup menjadi pedoaman dalam mengambil keputusan apabila akan dilaksanakan.[10]
Berikut akan dikemukakan pendapat Banghart dan Albert Trull. Mereka tidak memperlihatkan batasan perencanaan pengajaran secara eksklusif, melainkan mangatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran sanggup dilahar dari 3 dimensi, yakni karekteristik prencanaan pengajaran berusaha menggambarkan sifat-sifat kegiatan perencanaan pengajaran. Bicara perihal dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan kegiatan perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan. Pembicaraan perihal kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa faktor pembatas atau penghalang. Merupakan karekteristik perencanaan pengajaran ialah :
a. Merupakan proses rasional, alasannya ialah berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
b. Merupakan konsep dinamik, sehingga sanggup dan perlu dimodifikasi kalau informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c. Perencanaan terdiri dari beberapa ktivitas, kegiatan itu banyak ragamnya, namun sanggup dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d. Perencanaan pengajaran berkaiatan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus bisa mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah dalam memanajemennya.[11]
Bicara perihal dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cangkupan dan sifat-sifat dari beberapa karekteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni :
a. Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, mengambil keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang terperinci dan mengajukan criteria penilaian sekali keputusan telah diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan sanggup mengadakan penilaian bantuan perencanaan, dan signifikasi sanggup ditentukan berdasarkan kreteria-kreteria yang dibangun sesame proses perencanaan.
b. Feasibilitas. Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu faktor penentu ialah otoritas political yang memadai, alasannya ialah dengan itu feabisibilas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya sanggup dibentuk dalam pertimbangan yang realistic.
c. Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian problem secara lebih spesifik pada waktu yang tepat biar sanggup dicapai tujuan spesifik secara opimal.
d. Kepastian atau definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebutulan sanggup dimasukan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan biar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dimasukan dalam pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode simulasi sangat menolong mengantipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian menimbulkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
e. Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah biar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitive kaitan-kaitan yang niscaya terjadi antara aneka macam komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternative, sehingga perencanaan dan mengambil keputusan sanggup mempertimbangkan alternative mana yang paling efisien.
f. Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan pengajaran sudah lengkap, penyimpangan-penyimpangan sedah semakin berkurang dan aktivitas-aktivitas spesifik sanggup ditentukan. Penggunaan aneka macam proses memungkinkan perencanaan pengajaran yang fleksibel atau adaptable sanggup dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
g. Waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memperediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
h. Monitoring atau pemantauan. Termasuk di dalamnya ialah membuatkan kreteria untuk menjamin bahwa aneka macam komponen bekerja secara efektif. Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanan pengajaran, namun perlu diberi pertimbangan perihal toleransi terbatas atas penyimpangan perencanaan. Menjamin biar pelaksanaan sanggup mulus, perlu dikembangkan suatu mekanisme yang memungkinkan perencanaan pengajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam perencanaan.
i. Isi perencanaan. Dimensi terakhir ialah hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang terbaik perlu memuat :
1) Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
2) Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi kegiatan berguru dan layanan-layanan pendukungnya.
3) Tenaga manusia, yakni mencangkup cara-cara membuatkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
4) Bangunan fisik mencangkup perihal cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisik lain.
5) Keuangan, meliputi planning pengeluaran dan planning penerimaan.
6) Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan acara dan akotivitas kependidikan yang direncanakan.
7) Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
Batasan lain yang dikemukakan ialah pendapat Philip Commbs. Beliau menyampaikan dalam arti yang luas, perencanaan pengajaran ialah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan biar pendidikan lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.[12]
Definisi-definisi diatas masih perlu disempurnakan untuk sanggup menyatakan secara terperinci dan tegas apakah bersama-sama perencanaan pengajaran itu, khususnya untuk pendidikan dinegara kita ini. Penyempurnaannya mungkin sanggup dilakukan dengan mengawinkan dua definisi terakhir yaitu definisi yang dikemukakan oleh C.E Beeby dan definisi berikutnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan belum merumuskan satu definisi, namun kita sudah melaksanakan perencanaan pengajaran secara sungguh-sungguh semenjak tahun 1968. Dalam kenyataan perencanaan pengajaran diindonesia tidak jauh berbeda dengan perencanaan Bappennas. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dan mencangkup ketiga unsure pokok ibarat yang sudah disebutkan diatas. Perencanaan pengajaran diindonesia merupakan suatu proses penyusunan alternative kebijakan mengatasi kasus yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara meyeluruh terhadap pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan suatu tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai kepingan integral dari pembangunan bangsa.[13]
2. Desain Pembelajaran
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun berdasarkan arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat denah atau pola atau outline atau planning pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. [14]
Desain pembelajaran sanggup dimaknai dari aneka macam sudut pandang, contohnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas aneka macam penelitian dan teori perihal taktik serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk membuat spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memperlihatkan kemudahan pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk aneka macam mata pelajaran pada aneka macam tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta mekanisme untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis perihal spesifikasi pembelajaran dengan memakai teori pembelajaran dan teori berguru untuk menjamin mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan perihal kebutuhan dan tujuan berguru serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya ialah pengembangan materi dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh perihal teori dan aplikasi desain pembelajaran.[15]
Desain Pembelajaran ialah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu biar sanggup terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori berguru yang sudah teruji secara pedagogis dan sanggup terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
3. Model Pengembangan Desain
Perancangan pengajaran berdasarkan sistem pendekatan model Dick & Carey, dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey. Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-langkah. Urutan langkah-langkah ini tidaklah kaku. Tetapi sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak pengembang perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil membuatkan perangkat yang efektif.
Adapun urutan perancangan dan pengembangan model ini ialah sebagai berikut:
a. Identifikasi tujuan pengajaran (Identity Instructional Goals)
b. Melakukan analisis instruksional (Conducting a Goal Analysis)
c. Mengidentifikasi tingkah laris awal/karakteristik siswa (identity Entry Behaviours, Characteristic)
d. Merumuskan tujuan kinerja (Write performance Objectives)
e. Pengembangan tes teladan patokan (Develop-criterian-referenced test items)
f.Pengembangan taktik pengajaran (Develop Instructional Strategy)
g. Pengembangan atau menentukan pengajaran (Develop and Select Instructional Materials)
h. Merancang dan melaksanakan penilaian formatif (Design and Conduct Formative Evaluation)
i. Menulis perangkat (Design and Conduct Summative Evaluation)
j. Revisi pengajaran (Instructional Revitions).[16]
C. Fungsi Perencanaan Dan Desain Pembelajaran
Perecanaan pengajaran sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan. Oleh lantaran itu, hendaknya perencanaan pengajaran disusun atau direncanakan dengan baik dan matang sehingga tujuan dari pembelajaran sanggup tercapai dengan baik.
Fungsi Desain Pembelajaran antara lain :
1. Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widyaiswara, dosen, dll)
2. Menghasilkan sumber belajar
3. Mengembangkan system berguru mengajar
4. Mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.
5. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
6. Sebagai pola dasar dalam mengatur kiprah dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
7. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
8. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap ketika diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
9. Untuk materi penyusunan data biar terjadi keseimbangan kerja.
10. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
Manfaat yang didapat dari perencanaan pengajaran yang baik antara lain:
- Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan
- Sebagai pola dasar dalam mengatur kiprah dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
- Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap ketika sanggup diketahui ketepatan dan kelambanan kerja
- Untuk materi penyusunan data biar terjadi keseimbangan kerja
- untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya
Perencanaan pengajaran mempunyai beberapa faktor yang mendukung tujuan pembelajaran tercapai contohnya :
- Persiapan sebelum mengajar
- Situasi ruangan dan letak sekolah dari jangkauan kendaraan umum
- Tingkat intelegensi siswa
- Materi pelajaran yang akan disampaikan.
KESIMPULAN
Menurut Kaufman perencanaan ialah suatu proyeksi perihal apa yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang dibutuhkan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Sesuai dengan kurikulum pendidikan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press, 2005
Darmadi, Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. 2009
Frank W. Banghart dan Albert Trull, Jr., Educational Planning, New York : Collier-Mecmilan Limited,
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Jusuf Enoch, M.A,. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1992
Sagala, Syaiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
………………... Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. 2011.
Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey Prentice Hall, Inc., 1972
Philip H. Commbs, Apakah Perencanaan Pendidikan Itu, (terj), Bhatera Karya Aksara, Jakarta, 1982,
Walter Dick & Lou Carey, The Systematic design of Intrustion, Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 1937
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Materi Dasar Pendidikan Akta Mengajar V, Buku II B Perencanaan Pendidikan, 1983/1986,