Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Neurofisiologis Donal Olding Hebb


PENDAHULUAN 
            Belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur hidup.  Kompleksitas mencar ilmu tersebut melahirkan banyak teori-teori yang berkembang dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses mencar ilmu tersebut sanggup dijelaskan secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran tidak sanggup dilakukan sembarangan, tetapi harus berlandaskan peda teori-terori dan prinsip-prinsip mencar ilmu tertentu semoga bisa bertindak  secara tepat.  Artinya teori-teori mencar ilmu ini diharapkan sanggup mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.  Walaupun teori mencar ilmu tidak sanggup diharapkan menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun akan sanggup memperlihatkan arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran.[1] Oleh alasannya yaitu itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para pengembang agenda pembelajaran yang profesional harus sanggup menentukan teori mencar ilmu yang sempurna untuk digunakan dalam desain pembelajaran yang akan dikembangkannya.
Dalam psikologi mencar ilmu kita mengenal ada empat pandangan teori belajar, yakni Asosiasi, Fungsionalis, Kognitif, dan Neurofisiologis. Dari keempat paradigma mencar ilmu tersebut, terdapat tokoh-tokohnya masing-masing. Dalam makalah ini akan dibahas wacana teori neurofisiologis berikut salah satu tokohnya yakni Donal O. Hebb. Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas memberikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini mencakup sistem saraf sentra dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai kekerabatan kerja menyerupai mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan jawaban terhadap rangsangan.
            Donald O. Hebb memakai prinsip neurofisiologis. Awalnya Hebb memulai teori belajarnya dengan sel sinapsis. Yang dimaksud dengan sel sinapsis ialah jarak antar sel. Intinya Hebb menekankan kepada kekerabatan antar sel neurin atau saraf dalam otak. Saat sel saling berhubungan, maka penggalan saraf akan terstimulasi lebih aktif  melalui impuls yang dikirimkan. Lokalisasi otak menyorot mengenai pembagian letak otak menurut fungsinya. Misalnya wacana perbedaan sifat dua hemisfer (otak kiri dan otak kanan). Sebagai pola yaitu lobus oksipitalis yang salah satunya berfungsi untuk mengatur penglihatan.
Dalam makalah ini akan ini membahas lebih mendalam wacana teori neurofisiologis Donal O. Hebb yang meliputi konsep teoritis utama, sel riil dan kumpulan sel riil, koneksionisme baru, serta pandangan Hebb wacana pendidikan. Kiranya dari makalah ini akan ditemukan pembelajaran gres dalam dunia pendidikan terutama yang ada hubungannya dengan memory ( otak).

PEMBAHASAN

A.    Konsep Teoritis Utama
Sebelum masuk dalam pembahasan konsep teoritis utama Donal O. Hebb ada baiknya kita mengenal sedikit sosok beliau. Donal O. Hebb lahir pada tanggal 22 Juli 1904 di Chester, Nova Scotia, Kanada. Orang tuanya yaitu seorang dokter. Ibunya meraih gelar medis dari Dalhousie University dan menjadi satu-satunya wanita ketiga yang menjadi dokter pada ketika itu.[2] Donal O. Hebb menjadi mahasiswa psikologi di McGill University dan di didik dalam tradisi Palovian, namun seiring berjalannya waktu, Hebb mencicipi adanya keterbatasan dalam teori Pavlovian kemudian Hebb membaca karya Kohler dan karya Lashley yang membahas fisiologi otak sehingga dia menyukainya. Pada tahun 1934 Hebb melanjutkan pendidikannya ke Chicago dengan bekerja sama dengan Lashley dan mengikuti kuliah Kohler. Dari masa pendidikan, pengalaman serta penelitiannya, akhirnya Hebb membuat tiga observasi yang kelak dijelaskan lewat teorinya.[3]
1.      otak tidak berperan sebagai stasiun relay (penghubung).
2.      intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik.
3.      pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.
Selanjutnya akan dijelaskan wacana konsep teoritis utama yang dikemukakan oleh Donal O. Hebb. Setidaknya terdapat 10 konsep teoritis utama yang disampaikan oleh Olding Hebb menyerupai yang dikutip dalam buku Theories of Learning.

1.      Lingkungan Terbatas ( restricted environment)
Beberapa eksperimen memperlihatkan imbas restricted environment (lingkungan terbatas) yang bisa melemahkan perkembangan mencar ilmu awal dan perkembangan sistem syaraf. Ahli opthalmologi dari Jerman, Von Senden (1932), meneliti orang sampaumur yang dilahirkan dengan menderita katarak bawaan yang tiba-tiba bisa melihat sesudah katarak itu dioperasi. Ditemukan bahwa individu ini sanggup dengan segera mendeteksi kehadiran suatu objek, tetapi mereka tidak bisa mengidentifikasi dengan memakai petunjuk visual saja.
Temuan ini memperlihatkan bahwa beberapa persepsi wacana bentuk yaitu bersifat bawaan (innate), namun pengalaman visual dengan aneka macam macam objek yaitu perlu sebelum objek-objek itu sanggup dibedakan satu sama lain. Pelan-pelan, dengan latihan keras individu yang sebelumnya buta ini akhirnya bisa mengenali objek di lingkungan, dan persepsinya mendekati normal. Banyak studi lain yang mendukung kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya, seseorang bisa mencampuri perkembangan intelektual dan perceptual, menyerupai percobaan yang dilakukan Austin Riesen (1974) terhadap bayi-bayi simpanse.

2.      Lingkungan yang Kaya ( enriched environment)
Jika dalam lingkungan yang amat terbatas mengakibatkan gangguan dalam perkembangan normal, maka kemungkinan lingkungan yang kaya dengan aneka macam macam pengalaman motor dan sensor akan memperkaya perkembangan.
Hebb melaksanakan penelitian terhadap dua kelompok tikus dengan jenis pengasuhan yang berbeda, kelompok pertama di besarkan di kandang laboratorium Hebb, sedangkan kelompok yang lain dibesarkan dirumah Hebb oleh dua putrinya. Setelah beberapa ahad kedua kelompok tikus tersebut dibandingkan. Ternyata terbukti bahwa kinerja tikus piaraan dalam memecahkan teka-teki jauh lebih baik dibanding tikus yang dibesarkan ddi laboratorium.
Namun perlu diketahui bahwa imbas dari lingkungan yang terbatas tidaklah permanen, menyerupai riset yang dilakukan oleh Rosenzweig dan koleganya yang menyatakan bahwa imbas dari lingkungan miskin sanggup diperbaiki dengan dengan menempatkan binatang pada dilingkungan yang kaya selama beberapa jam setiap hari. Penjelasan Hebb wacana hal ini yakni bahwa lingkungan yang kaya memungkinkan binatang membangun lebih banyak sirkuit atau jaringan neural ( saraf) yang lebih kompleks. Semua observasi juga memperkuat pandangan empiris Hebb bahwa inteligensi, persepsi, dan bahkan emosi dipelajari dari pengalaman, dan bukan dari warisan (keturunan).[4]
3.      Kumpulan Sel ( sel assembly)
Menurut Hebb Setiap lingkungan yang kita alami akan menstimulasi pola neuron yang kompleks, yang dinamakan cell assembly (kumpulan sel). Hebb (1949) menganggap kumpulan sel ini sebagai sistem neuron yang dinamis, bukan statis atau tetap. Kumpulan sel yaitu paket neurologis yang saling terkait yang sanggup diaktifkan oleh stimulasi eksternal atau internal, atau kombinasi keduanya. Ketika satu kumpulan sel aktif, kita mengaktifkan pemikiran wacana insiden yang dipresentasikan oleh kumpulan tersebut. Menurut Hebb, kumpulan sel yaitu basis neurologis dari ilham atau pemikiran. Dengan cara ini Hebb menjelaskan kenapa rumah, sapi, atau kekasih harus ada semoga kita bisa memikirkannya.[5]


4.      Sekuensi Fase ( phase sequence)
Sebagaimana aspek-aspek yang berbeda dari objek yang sama menjadi saling terkait secara neurologis membentuk kumpulan sel, demikian pula kumpulan sel secara neurologis menjadi saling terkait membentuk urutan fase. Phase sequence (sekuensi fase) yaitu “serangkaian aktifitas kumpulan yang terintegrasi secara temporer, ia sama dengan arus pemikiran” (Hebb, 1959, h.629). sesudah berkembang, sebuah urutan atau sekuensi fase, menyerupai kumpulan sel sanggup diaktifkan oleh stimuli internal, stimuli eksternal, atau kombinasi kedua stimuli itu. Ketika satu fase aktif, kita mengalami arus pemikiran, yakni serangkaian ilham yang ditata secara logis.
Menurut Hebb ada dua jenis belajar. Yang pertama melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan di masa awal kehidupan dan mungkin sanggup dijelaskan dengan salah satu teori mencar ilmu S-R, menyerupai teori Guthrie. Jenis mencar ilmu ini yaitu asosiasionisme langsung. Proses mencar ilmu selanjutnya lebih kognitif dan sanggup terjadi lebih cepat. Hebb beropini bahwa variable yang mempengaruhi mencar ilmu belum dewasa dan yang mempengaruhi orang sampaumur yaitu variable yang berbeda-beda.[6]
5.      Teori Kewaspadaan/ kesiapanarousal theory)
Teori kewaspadaan ( aurosal theory ) ini membahas antara level stimulasi dengan pelaksanaan fungsi kognitif. Menurut Hebb (1955), impuls neural yang dimunculkan oleh stimulasi dari satu reseptor indra mempunyai dua fungsi. Yang pertama dinamakan cue function of a stimulus (fungsi petunjuk dari stimulus). Fungsi kedua yaitu arrousal function of stimulus (fungsi kewaspadaan dari suatu stimulus).
Hebb percaya semoga fungsi petunjuk dari suatu stimulus memperlihatkan imbas secara penuh, harus ada optimal level of arousal ( level kewaspadaan optimal) yang disediakan oleh RAS ( area seukur jari yang berada di otak di atas urat saraf tulang belakang dan di bawah thalamus dan hypothalamus, RAS terlibat dalam proses tidur, perhatian, dan sikap emosional).  Ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menyerupai organisme sangat mengantuk, informasi sensoris yang ditransmisikan ke otak tidak sanggup digunakan. Demikian pula, bila level kewaspadaan terlalu tinggi, maka akan terlalu banyak informasi dikirim ke korteks, dan karenanya yaitu kebingungan, respon yang berkonflik, dan sikap yang tak relevan. Kaprikornus diharapkan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah semoga pelaksanaan fungsi kortikal menjadi optimal dan karenanya menghasilkan kinerja yang optimal.
6.      Teori kewaspadaan dan Penguatan
Menurut Hebb, bila level kewaspadaan terlalu tinggi, ia akan beroperasi pada lingkungan dengan cara sedemikian rupa untuk mereduksi level itu. Secara umum, ketika level kewaspadaan terlalu tinggi, menurunkannya akan menguatkan, dan ketika level kewaspadaan terlalu rendah, menaikkannya akan menguatkan. Teori Hebb menyamakan penguatan dengan peningkatan atau penurunan dorongan, tergantung pada situasi. Menurut Hebb , mencari kegairahan atau kesenangan yaitu motif yang signifikan dalam sikap manusia.
7.      Deprivasi Sensoris
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan di bawah supervisi Hebb, dengan mahasiswa yang dibayar namun tidak melaksanakan apa-apa hanya disuruh berbaring saja di kasur yang nyaman dengan mata ditutupi dengan plastic agak buram dan tidak bisa melihat apa-apa namun masih melihat cahaya. Mahasiswa tersebut diperlakukan sehingga menghambat dari mencicipi indra sensorik dari tubuhnya. Dari eksperimen tersebut ternyata rata-rata hanya bertahan dua atau tiga hari, dan yang paling usang bertahan hanya enam hari. Mereka biasanya menjadi cepat jengkel dan kekanak-kanakan.
 Deprivasi sensoris menghasilkan imbas lebih dari sekedar kejenuhan. Kebutuhan akan stimulasi normal dari lingkungan yang bervariasi yaitu duduk kasus fundamental. Tanpa itu, fungsi mental dan personalitas akan memburuk. Subjek dalam isolasi mengeluh tidak bisa berpikir secara koheren, mereka semakin berkurang kemampuannya dalam memecahkan masalah, dan mereka mengalami halusinasi.
Ketika kondisi deprivasi sensoris sangat parah, orang akan merasa dirinya tertekan dan hanya bisa menoleransi dalam waktu singkat. Hebb menyimpulkan dari riset ini bahwa pengalaman sensoris bukan hanya perlu untuk perkembangan neuroisiologis yang tepat, tetapi juga perlu untuk menjaga fungsi normal. Jika semua kebutuhan pokok terpenuhi, bila seseorang tidak mencicipi stimulasi normal, dia akan mengalami disorientasi yang parah.[7]
8.      Sifat rasa Takut
Dari percobaannya pada simpanse, Hebb menyimpulkan bahwa bila sebuah objek yang sama sekali absurd ditunjukkan kepada suatu organisme, tidak ada kumpulan sel yang telah terbentuk yang bekerjasama dengan objek itu. Dengan pengulangan, kumpulan itu pelan-pelan berkembang dan tidak ada rasa takut. Demikian pula bila suatu objek yang sudah dikenal ditunjukkan, sirkuit neural yang berkembang dari pengalaman sebelumnya dengan objek tersebut akan menjadi aktif, dan tidak ada gangguan perilaku. Baru sesudah objek yang mengaktifkan kumpulan sel yang sudah ada atau urutan fase yang sudah ada tidak diikuti dengan insiden stimulus yang biasanya mengiring objek itu, maka rasa takutpun muncul. Maka Hebb menyimpulakan rasa takut terjadi ketika suatu objek dilihat sebagai sesuatu yang cukup familier dalam hal tertentu sehingga membangkitkan proses membangkitkan persepsi yang biasa, namun dalam hal objek itu lain menjadikan proses yang tidak kompatibel.[8]
9.      Memori Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Hebb menyebarkan teori Jangka Panjang dan jangka pendek secara lebih lengkap dan berspekulasi wacana mekanisme fisiologi dasarnya. Hebb membedakan antara memory permanen yang dihubungkan dengan perubahan struktur fisik di antara neuron-neuron, dan memory sementara ( transient), atau memory jangka pendek yang dihubungkannya ke aktifitas yang sedang berlangsung dalam kumpulan sel dan sekuensi fase.
Memory jangka pendek dilihat sebagai aktifitas neural yang relative sementara yang dipicu oleh stimulus sensoris tetapi terus berlanjut selama beberapa waktu sesudah insiden sensoris itu berhenti, namun berapa usang aktifitas jangka pendek ini berlangsung tidak diketahui secara pasti. Memory jangka panjang dianggap bergantung pada konsolidasi memory jangka pendek, maka segala sesuatu yang mengganggu memory jangka panjang juga akan mengganggu memory jangka pendek.[9]
10.   Konsolidasi dan Otak
Sejumlah struktur otak yang saling terkait, yang secara kolektif disebut limbic system (sistem limbik), yaitu penting bagi pengalaman aneka macam macam emosi. Misalnya Hippocampus yaitu satu struktur limbic yang berperan penting dalam proses belajar. Ada setidaknya dua jenis memoi jangka panjang, memori deklaratif dan memori prosedural, yang masing-masing mempunyai mekanisme neural sendiri-sendiri untuk melaksanakan konsolidasi. Lebih jauh, aktifitas sistem limbik  (untuk memori deklaratif) dan basal ganglia  (untuki memori prosedural)dibutuhkan untuk mengubah memori jangka pendek yang relatif tidak stabil menjadi memori jangka panjang yang permanen.[10]
B.     Sel Rill dan Kumpulan Sel Rill
Sebuah neuron terdiri dari satu badan sel, satu atau lebih proses yang lebih luas dianamakan axon, yang dikhususkan untuk menghantarkan informasi elektrokomiawi menjauhi sel dan aneka macam cabang dendrites, yang dikhususkan untuk mendapatkan informasi elektrokomiawi dari axon sel lain.
Sel  otak mamalia berada dalam semacam wadah air yang berisi ion-ion potassium, sodium, kalsium, dan klorida, serta molekul-molekul protein yang mengandung ion-ion. Sel-sel otak bekerjasama dengan ratusan atau mungkin ribuan sel. Aktifitasnya yaitu hasil dari penyajian terus-menerus informasi dari sel-sel sekitarnya. Secara spesifik mencar ilmu terdiri dari perubahan dalam respons sel peserta terhadap neurotransmitter yang dilepaskan oleh sel pengirim. Dalam pola sederhana, bisa dibayangkan sebuah sel peserta yang belum mencar ilmu yang tidak menghasilkan sendiri potensi aksinya dalam merespons neurotransmitter dari sel pengirim. Kita mencar ilmu ketika sel peserta mulai menghasilkan potensi agresi yang reliable dalam merespons aktivitsa sel pengirim.
C.    Koneksionisme Baru
Pada awalnya teori koneksionisme diungkapkan oleh Thorndike yang menyatakan bahwa mencar ilmu yaitu proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus  yaitu apa saja sanggup merangsang terjadinya kegiatan mencar ilmu menyerupai pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang sanggup diterapkan melalui alat indera. Teorinya dikenal sebagai connectionism (pertautan, pertalian) alasannya yaitu dia beropini bahwa mencar ilmu yaitu suatu proses “stamping in” (diingat), forming, kekerabatan antara Stimulus dan Respons.[11]
Pendekatan terbaru untuk memahami cara system neural menjalani proses mencar ilmu yang dikemukakan Hebb yaitu dengan tidak melibatkan neuron actual sama sekali. Kini digunakan computer untuk membuat model kegiatan sel otak. Model ini digunakan untuk mempelajari proses belajar, memori, lupa, dan kegiatan otak lainnya. Bidang ini belum mempunyai nama yang disepakati umum, namun ia disebut sebagai koneksionisme baru, dan model yang dipakainya disebut neural network (jaringan neural). Tugas dasar dari simulasi computer ini pertama-tama yaitu mendefinisikan seperangkat neuron computer dan interkoneksi dan kekerabatan potensialnya.Kemudian, sejumlah perkiraan yang disederhanakan, yang didasarkan pada pengetahuan kita wacana neuron riil, dekenakan ke neuron artificial ini. Selain itu kaidah mencar ilmu budi sederhana akan mengatur perubahan yang terjadi dalam neuron computer dan interkoneksinya. Terakhir, system neural artificial ini “dilatih” dan kemudian diamati untuk mengamati bagaimana ia berubah. Contoh sederhana jaringan neural, yang dinamakan asosiator pola,mungkin berfungsi untuk memperlihatkan ide, tetapi ingat bahwa fenomena yang lebih kompleks telah dibuatkan modelnya dalam jaringan neural.
Membahas wacana koneksionisme gres ala Olding Hebb ini membuka wacana wacana teori gelombang otak ( Brainwave) menyerupai yang diungkap dalam teori kewaspadaan. Dimana ketika seseorang dalam tingkat kewaspadaan yang tinggi, maka mencar ilmu akan sulit dilakukan, begitu juga sebaliknya. Itulah mengapa kondisi mencar ilmu yang baik yaitu ketika badan dalam keadaan alfa ( 8hz-12hz), bukan pada betha ( di atas 12 hz atau antara 12-19 hz), tetha ( 4hz-8hz).
Sedangkan Alfa Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada ketika seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan gejala mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang Alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena Alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memperlihatkan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar.
D.    Pandangan Hebb terhadap Pendidikan
Menurut Hebb, ada dua jenis belajar. Yang pertama berkaitan dengan pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara gradual selama bayi dan kanak-kanak. Proses mencar ilmu awal ini representasi neurologis atau objek dan lingkungan. Ketika perkembangan neural ini terjadi, anak sanggup memikirkan suatu objek atau insiden atau sederetan objek dan insiden yang tidak hadir secara fisik didepannya. Selama proses mencar ilmu awal anak harus berada dalam lingkungan yang kaya, yang berisi aneka macam macam pemandangan, suara, tekstur, bentuk objek dan sebagainya. Semakin kompleks suatu lingkungan, semakin banyak yang direpresentasikan dalam level neurologis.Semakin banyak yang direpresentasikan di level neural, semakin besar kemampuan anak untuk berfikir. Menurut Hebb, selama proses mencar ilmu awal mungkin terdapat proses asosiasi tertentu. Hal yang sepertinya penting untuk perkembangan kumpulan sel dan sekuensi fase yaitu prinsip kontinguitas dan frekuensi.[12]
Sedangkan jenis mencar ilmu yang kedua lebih sanggup dijelaskan dengan prinsip Gestalt ketimbang dengan prinsip asosiasionistik. Setelah kumpulan sel dan sekuensi fase berkembang pada masa kecil, proses mencar ilmu selanjutnya biasanya berupa penataan ulang. Dengan kata lain, sesudah blok bangunan terbentuk, blok itu sanggup diatur kembali menjadi aneka macam macam bentuk. Proses mencar ilmu selanjutnya yaitu perceptual, cepat, dan berwawasan. Sedang kiprah guru yaitu membantu mereka memahami apa yang sudah mereka pelajari dengan cara yang kreatif.  Hebb menyampaikan bahwa karateristik fisik dan lingkungan mencar ilmu yaitu sangat penting. Untuk kiprah dan siswa tertentu ada level kewaspadaan atau kesiapan optimal yang membuat proses mencar ilmu menjadi efisien. Karena level kesiapan ini dikontrol oleh stimulasi eksternal, maka level stimulasi dalam lingkungan mencar ilmu akan menentukan seberapa proses mencar ilmu berlangsung. Jika terlalu banyak stimulasi, proses mencar ilmu akan sulit. Jika kekurangan stimulasi, proses mencar ilmu juga sulit. Yang diharapkan yaitu level stimulasi optimal untuk kiprah siswa.
Belajar Otak Kiri, Otak Kanan. Fungsi otak normal yaitu saling terkait secara keseluruhan, tidak mungkin untuk membuat pengalaman pendidikan yang dikhususkan pada satu belahan otak saja.  Seperti yang dikutip dalam buku Theories of Learning dari pendapat  levy yang menyampaikan bahwa : “Karena dua belahan otak tidak berfungsi secara sendiri-sendiri, maka tidak mungkin untuk medidik satu belahan otak saja pada otak yang normal. Otak kanan akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kiri dalam pelajaran sastra, dan otak kiri akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan otak kanan dalam pelajaran music dan melukis”.
E.     Teori Hebb di Tinjau dari Al-Qur’an atau Hadist
Seperti yang dijelaskan di awal bahwa hal yang melatarbelakangi Hebb melaksanakan aneka macam peneletian yaitu alasannya yaitu hipotesanya yang menyampaikan bahwa kecerdasan atau intelegensi tidaklah di sanggup dari keturunan atau warisan melainkan dikembangkan dari pengalaman. Pengalaman ini tentunya diperoleh dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan hadist Rosul yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh yang menyatakan bahwa:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Kristen maupun seorang Majusi.”

Hadist di atas menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, higienis dan kosong. Setiap anak dilahirkan untuk siap mendapatkan aneka macam isi dari lingkungannya. Begitu juga dengan kecerdasannya, setiap anak dilahirkan tanpa ilmu, dan pengalaman hidupnyalah yang akan mengasah intelegensinya.

KESIMPULAN

Teori Hebb berawal ketika dia mencar ilmu di Universitas Chicago, Hebb yakin bahwa otak bekerja secara menyeluruh dalam satu keterkaitan. Kumpulan sel yaitu paket neural yang diasosiasikan dengan satu objek lingkungan. Jika paket neural distimulasi tanpa kehadiran objek yang diasosiasikan dengannya, maka akan muncul ilham wacana objek itu. Sedangkan sekuensi fase yaitu sederetan kumpulan sel yang saling terkait.
Teori kewaspadaan menyatakan bahwa petunjuk lingkungan mempunyai dua fungsi yakni fungsi petunjuk, yang memberikan informasi wacana lingkungan dan yang kedua fungsi kesiapan, yang menstimulasi RAS semoga fungsi intelektual menjadi optimal. Level kesiapan atau kewaspadaan dihentikan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Selanjutnya yakni deprivasi sensoris mengganggu pelaksanaan fungsi kognitif normal alasannya yaitu ia mengacaukan kekerabatan antara sirkuit neural dengan insiden lingkungan.
Dari penelitian Hebb, rasa takut sanggup muncul ketika objek yang dikenali disajikan atau muncul dengan cara yang berbeda. Teori ini menjelaskan bahwa objek yang dikenali memicu sirkuit neural yang diasosiasikan dengannya, tetapi insiden yang selanjutnya tidak mendukung sirkuit neural tersebut. Teori ini juga menjelaskan mengapa deprivasi sensoris sangat mengganggu.
Terdapat dua jenis memori yakni jangka pendek dan jangka panjang. Memori jangka pendek bertahan kurang dari semenit, namun bila suatu pengalaman diulang-ulang, ia akan disimpan dalam memori jangka panjang. Proses memori jangka pendek diubah menjadi memori jangka panjang dinamakan konsolidasi.
Menurut Hebb terdapat dua jenis belajar, pertama ada pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara pelan diawal kehidupan. Kedua mencar ilmu yang mendalam dan berwawasan yang menjadi cirri kehidupan orang dewasa. Pada intinya, Hebb menyatakan bahwa intelegensi atau kecerdasan berasal dari pengalaman, dan tidak ditentukan secara genetik. Dan pengalaman masa kanak-kanak lebih penting dalam mempengaruhi kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa. Hal ini yang dibuktikan dengan teori-teorinya menyerupai dua jenis mencar ilmu yang diungkapkan Hebb.
Teori mencar ilmu yang diungkapkan oleh Olding Hebb membuka wacana wacana brainwave atau gelombang otak. Dimana kini telah dikenal empat gelombang otak yang umum yakni Alfa, Tetha, Betha, dan gamma. Kondisi gelombang otak yang paling baik digunakan untuk mencar ilmu yakni gelombang Alfa dimana otak dalam gelombang antara 8-12 hz,pada kondisi tersebut otak dalam keadaan rileks.
Hal tersebut sesuai dengan Hadist Rosul yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hal ini berarti bahwa setiap anak yang diahirkan di dunia ini diciptakan dalam keadaan yang sama (fitrah). Soal kecerdasan dan pengetahuan didapatkan semenjak dari kandungan bagaimana pendidikan pra natal dilakukan ibu juga pengalaman sesudah anak tersebut dilahirkan di dunia ( pendidikan pasca natal). Hal ini memperlihatkan tidak adanya kecerdasan turunan menyerupai yang diyakini oleh Donald Olding Hebb yang dibuktikan dengan aneka macam percobaan yang mendukung teorinya.



[1] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pebelajaran,( Jakarta: Penerbit Kerjasama Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta, 2002), 41-42
[2] Hergenhahn dan Olson, Theories of Learning, ( jakarta: Kencana Prenada media Group, 2008), 395
[3] Ibid, 369
[4] Ibid, 399
[5] Ibid, 400
[6] Ibid, 401
[7] Ibid, 405
[8] Ibid, 407
[9] Ibid, 408
[10] Ibid, 411
[11] Esti, Sri, 2006. Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 126
[12]Hergenhahn dan Olson, Theories…, 433