Penciptaan Insan Dan Tabiat Kemanusiaannya
A. Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan logika pikiran. Dengannya, insan bisa berkarya dan menjadi istimewa dari makhluk lainnya. Keistimewaan yang terdapat pada insan inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu kemampuannya untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Secara bahasa insan berasal dari kata “manu” (bahasa sansekerta) dan “mens” (bahasa latin) yang berarti berfikir, cerdik budi atau makhluk yang cerdik budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah insan sanggup diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah fakta, gagasan atau realitas ataupun seorang individu. Karena itulah insan sanggup juga didevinisikan sebagai makhluk yang luar biasa kompleks.
Kenyataan bahwa insan yaitu makhluk yang luar biasa kompleks menjadikannya berfikir, bagaimana cara Tuhan menciptakannya hingga sedemikian rupa. Kesempurnaan yang menempel pada insan seakan memantulkan cahaya kesempurnaan dari Dzat yang lebih Sempurna, yang lebih Agung dan lebih segalanya daripadanya, yang telah menciptakannya, yang tidak lain yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Mengenai penciptaannya, maka tidak heran bila makhluk yang dianggap paling tepat di muka bumi ini sesungguhnya diciptakan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan itulah yang ingin kita kupas disini semoga pembaca sanggup memahami bagaimana urutan proses terbentuknya diri kita hingga bisa menghirup udara segar hingga dikala ini.
Selain penciptaannya, pembahasan yang kiranya cukup penting wacana insan yang harus kita ketahui yaitu mengenai tabiat-tabiat kemanusiaan. Milyaran insan yang hidup di dunia dan terpisah oleh benua, negara dan tempat yang berbeda-beda, menimbulkan mereka mempunyai keanekaragaman watak yang tidak sanggup terlepas dari dampak dimana mereka menjalani serta menghabiskan waktu bersama orang-orang yang berada disekelilingnya serta lingkungan dimana mereka tinggal. Perbedaan yang timbul lantaran hal inilah yang kiranya cukup menarik untuk sanggup kita bahas lebih mendalam dalam goresan pena kali ini.
Bagaimana proses penciptaan manusia dan apa sajakah yang menjadi tabiat-tabiat manusia?
A. Proses Penciptaan Manusia
1. Menurut Teori Evolusi (Darwin)
Tak sedikit dari para andal ilmu pengetahuan justru mendukung teori evolusi dan menyampaikan bahwa insan berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana, kemudian mengalami evolusi dan menjadi insan ibarat kini ini.
Evolusi merupakan kata umum yang menunjukkan suatu perubahan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang cukup lama. Perubahan tersebut sanggup terjadi lantaran dampak alam maupun rekayasa manusia.
Teori ini dikembangkan oleh Charles Robert Darwin (1800-1882). Ia mengemukakan bahwa hewan, flora dan juga insan merupakan hasil perubahan evolusi[1] dari makhluk hidup yang sangat sederhana (satu sel organisme) pada awal kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang hasilnya berkembang menjadi banyak sekali spesies organisme di muka bumi kini ini, termasuk kejadian manusia.
Khusus mengenai teori kejadian manusia, Darwin mengungkapkan bahwa insan yaitu binatang atau binatang yang jauh lebih maju. Ia dan para pengikutnya beranggapan bahwa ada sejumlah ras insan yang berevolusi lebih cepat dan ada juga ras yang lebih lambat dalam berevolusi. Ras yang cepat berevolusi akan maju, sedangkan ras yang lambat berevolusi akan tertinggal jauh bahkan terlihat masih primitif setingkat kera. Ras yang lebih maju akan menindas yang primitif (prinsip strungle for life). Orang-orang aborigin di Australia dan orang Negro di Afrika perkembangan evolusinya lebih lambat dari orang Asia, dan orang Asia lebih lambat dari orang Eropa.
Prinsip teori evolusi Darwin ini mulai dicetuskan pada tahun 1842, yaitu ketika Darwin menyusun kerangka teori dan juga esai setebal 250 halaman yang selesai pada tahun 1844. Kerangka teori dan esai tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul, “The Origin of Species dan The Origin of the Species by Mens of Natural Selection pada tahun 1959 serta The Origin of Man di tahun 1971 yang kemudian dikenal dengan sebutan teori evolusi Darwin.
Menurut Darwin, insan merupakan hasil evolusi dari monyet dan mengalami perubahan secara sedikit demi sedikit dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat usang tersebut, terjadilah seleksi alam. Semua makhluk hidup yang ada dikala ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan bisa mempertahankan dirinya. Dalam teori ini ia menyampaikan bahwa “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak tepat menuju kesempurnaan”, begitu juga dengan manusia.
Menurutnya, evolusi monyet menjadi insan berlangsung selama 35 juta tahun. Bermula dari bentuk transisi insan purba Australopithecus Africanus (manusia kera) yang berumur 2 juta tahun yang kemudian di Afrika, kemudian berkembang menjadi insan purba Homo habilis satu juta tahun yang kemudian di Afrika dan menjadi insan modern (Homo Sapiens) yang berumur sekitar 500 ribu tahun yang kemudian dan menyebar di Asia dan Eropa.
Darwin juga menggambarkan perihal perubahan monyet menjadi insan dari cara berjalan mulai membungkuk hingga berjalan tegak serta rekontruksi struktur atau kerangka tulang yang disusun dari fosil-fosil yang ditemukan sesungguhnya yaitu rekayasa yang kemudian oleh Darwinian dijadikan sebagai kepingan dari bukti adanya evolusi.[2]
Namun, Teori Darwin yang dikemukakan dengan tujuan menolak penciptaan, pada kenyataannya tidak didukung oleh fakta ilmiah apa pun. Teori ini juga mempunyai beberapa kelemahan, diantara yaitu kenyataan bahwa ada beberapa jenis binatang dan juga flora yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan ibarat semula, ibarat sejenis biawak/komodo yang telah ada berjuta-juta tahun yang kemudian dan hingga kini tetap ada.
Oleh karenanya teori ini lebih tepat disebut sebagai dongeng, dan bukan kepingan dari ilmu pengetahuan. Teori yang menganggap bahwa kehidupan muncul dari benda mati secara kebetulan ini sesungguhnya telah runtuh ketika proses penciptaan alam semesta oleh Allah SWT berhasil dibuktikan secara ilmiah.
Jadi, teori evolusi wacana penciptaan insan yang menyatakan bahwa insan yaitu makhluk yang terbentuk dari sel-sel sederhana dan mengalami perubahan secara sedikit demi sedikit dalam waktu yang sangat usang (evolusi) dan bahwa insan serta makhluk hidup lainnya di dunia ini berasal dari satu nenek moyang yang sama, sebagaimana diungkapkan Darwin bahwa nenek moyang insan yaitu monyet terang tidaklah benar, meski teori ini sempat meluas dan digunakan dalam ilmu antropologi.[3]
2. Secara Biologis dan Pembuktian Ilmiah
Pembuktian ilmiah wacana pembentukan insan secara biologis sanggup dimulai dengan sebuah ungkapan, “prajurit tepat yang menuju target dengan tepat”. Ungkapan yang berarti bahwa awal mula insan sanggup dibayangkan ibarat sebuah pasukan besar yang terdiri dari jutaan personil yang berbondong-bondong menuju satu sasaran, tidak peduli seberapa jauh jarak yang harus ditempuhnya, tantangan besar, dan ancaman mematikan, mereka akan tetap semangat pantang menyerah.
Pasukan dengan jumlah sekitar kurang lebih 300 juta personil ini terdapat dalam tubuh laki-laki, yaitu para sel sperma yang panjangnya mencapai seperseratus milimeter dan harus berjuang melalui perjalanan panjang menuju sasarannya, yaitu sel telur[4].
Proses penciptaan insan secara biologis sanggup digambarkan mulai dari proses pembentukan sperma hingga persiapan insan hingga bisa bernafas, yaitu sebagai berikut:
a. Proses pembentukan sperma
Untuk membuahi sel telur perlu dipersiapkan kurang lebih 200-600 juta sel sperma semoga sanggup masuk ke dalam organ reproduksi wanita.[5] Jumlah yang besar ini diharapkan lantaran sebagian besarnya akan mati dalam perjalanan, dan relative sangat sedikit yang berhasil menuju sel telur. Oleh lantaran itu jumlah yang besar ini ditujukan semoga bisa menjaga sperma dari kegagalan dalam pembuahan.
Produksi sel sperma terjadi pada alat reproduksi pria yang disebut testis. Sel sperma yang diproduksi di dua buah testis ini melalui banyak sekali proses perkembangan dan harus terhindarkan dari suhu yang tinggi. Dengan kata lain tempat produksinya harus cukup dingin, padahal suhu normal tubuh insan mencapai 37 derajat Celcius. Kaprikornus bila testis berada dalam tubuh insan maka sel sperma tidak akan sanggup diproduksi. Oleh lantaran itu, testis harus berada di kepingan luar tubuh. Testis mempunyai jadwal khusus yang memungkinkan-nya sanggup memproduksi sel sperma.
Dua buah testis yang merupakan pabrik kecil ini mempunyai tabung mikroskopis yang jumlahnya mencapai sekitar seribu tabung dengan total panjang mencapai 500 meter. Tabung-tabung kecil ini disebut tubulus seminiferus (tabung sperma). Setiap tabung mempunyai panjang kira-kira 50 cm, di dalamnya terdapat sel-sel induk (spermatogonium) yang bertugas membuat sperma.[6]
Spermatogonium ini terletak pada dinding tabung sperma. Ketika memperbanyak diri, sel-sel mengalami dua jenis pembelahan: mitosis dan meiosis. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jumlah kromosom ayah harus dikurangi dari 46 menjadi 23 (separuhnya) sebelum proses pembuahan dimulai. Untuk itu, meiosis yaitu jenis pembelahan yang harus dipilih oleh sel-sel sperma. Akibat pembelahan ini terbentuklah 4 sel yang kita sebut dengan spermatid yang berbentuk lingkaran dan mempunyai 23 kromosom. Akan tetapi sel-sel ini tidak mempunyai kemampuan membuahi. Ia memerlukan proses perubahan gres semoga mempunyai kemampuan membuahi.
b. Sel telur dan kiprah pentingnya dalam pembentukan manusia
Perubahan yang terjadi dalam tubuh pria pada masa pubertas juga terjadi dalam tubuh permpuan. Sistem reproduksi perempuan mengalami perubahan siklik sebagai persiapan untuk masa kehamilan.
Produksi sel-sel reproduksi ini terjadi secara siklik. Penentuan siklus ini yaitu kiprah pituitary. Ia mengetahui tempat yang tepat untuk bisa melaksanakan pematangan sel telur yaitu ovarium. Oleh alasannya itu ia segera mengarahkan pesannya ke ovarium dan memberitahukan bahwa telah datang waktunya mematangkan sel telur. Ini sangat dipahami oleh sel-sel ovarium, sehingga ia segera melaksanakannya.[7]
c. Persiapan sebelum proses pembuahan
Jarak antara sel telur dengan sel sperma yang gres memasuki tubuh calon ibu yaitu 20-25 cm, berarti kira-kira 3000 kali ukuran sperma itu sendiri. Ini yaitu jarak yang sangat jauh bagi sperma, oleh lantaran itu ia membutuhkan pertolongan serius untuk menempuhnya.
Kita sanggup melihat persiapan-persiapan yang telah dilakukan baik oleh tubuh pria maupun tubuh perempuan sebelum sperma dan sel telur bertemu. Sebagian besar persiapan ini yaitu untuk memudahkan sperma dalam perjalanannya. Misalnya, terjadinya kontraksi rahim dan tuba fallopii secara unik yang hanya terjadi dikala sperma memasuki rahim. Hal ini akan memudahkan sperma menuju sel telur. Gerakan rahim ini disebabkan oleh zat yang disebut prostaglandin yang terdapat pada air mani tempat sperma berenang. Meskipun belum pernah mengenal rahim sebelumnya, sperma mengetahui apa yang harus dilakukannya dan bisa menguasai keadaan sehingga memudahkan gerak sperma itu sendiri.[8]
Seperti telah dijelaskan semua gerakan di rahim maupun ovarium bertujuan untuk memudahkan sperma mencapai sel telur. Namun setelah pembuahan terjadi, dinding yang mengelilingi sel telur akan melaksanakan acara sebaliknya, yakni warnanya akan menjadi kehitaman dan menebal sehingga sperma tidak bisa masuk lagi ke dalam.
Bagaimana semua sel yang terlibat dalam proses ini mengetahui tugasnya masing-masing dan mengetahui kebutuhan sel lain dari tubuh yang berbeda? Bagaimana kesesuaian dan keharmonisan ini terjadi?
Semua bukti-bukti tersebut terang membuktikan adanya Sang Pengatur yang mempunyai jadwal dan planning yang sedemikian hebatnya, yang tidak lain yaitu Allah SWT.
“Dan pada penciptaan kau dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat gejala (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini”. (Q.S. Al Jatsiyah (45): 4).
d. Bertemunya sperma dengan sel telur
Sperma yang telah hingga di tuba fallopii untuk bersatu dengan sel telur harus melewati sel-sel yang disebut granulosa. Jaringan disekeliling sel telur bertugas mengikat sel-sel akrosome. Sel-sel ini mengandung protein dan asam hyaluronidat. Seperti telah kita ketahui sperma mempunyai akrosome pada kepingan kepala yang mengandung enzim hyaluronidase dan proteolitik. Enzim hyaluronidase bekerja menghancurkan asam hyaloronidat yang ada pada sel-sel yang mengelilingi sel telur. Sedangkan enzim proteolitik bekerja menghancurkan protein-protein yang mengelilingi sel telur. Kedua enzim ini berperan memudahkan bersatunya sperma dengan sel telur.[9]
e. Sperma yang melanjutkan perjalanannya
Ketika berhasil mencapai lapisan luar sel telur, lapisan luar sperma akan berikatan dengan protein khusus. Di sinilah lapisan acrosome mulai melebur. Pada dikala yang sama selaput sel telur mulai mengeluarkan zat fertisilin yang berfungsi menarik sperma ke dalam. Zat ini meningkatkan kemampuan gerak sperma dan daya reaksinya dengan selaput telur. Setelah menyentuh selaput telur, sperma akan mengeluarkan anti fertisilin untuk menghentikkan kerja fertisilin. Dengan demikian ia telah mencegah sperma lain untuk bertemu dengan sel telur.
Dua detik setelah masuknya sel sperma ke dalam sel telur, selaput luar sel telur ini akan memperbarui diri, sehingga mustahil lagi sperma lain sanggup masuk. Dalam penelitian terungkap, bahwa bila selaput ini diangkat, sejumlah sperma lain akan masuk ke dalamnya. Untuk itu proses pembentukan kembali selaput ini harus berlangsung sedemikian cepat. Sel telur ini sanggup diumpamakan ibarat bangunan yang diawasi sangat ketat lantaran selaput luarnya bertugas menjaga keamanan dan menjaga informasi penting yang dikelilinginya sehingga tak satu pun yang sanggup masuk kecuali dengan izinnya.
Pada dikala sperma dengan selaput sel telur bersentuhan, akan terlihat titik temu yang menonjol. Kemudian kepala sperma akan masuk menerobos lapisan luar sel telur. Setelah 30 menit, sperma dan sel telur telah benar-benar menyatu. Pada selesai proses ini sperma akan memindahkan informasi –informasi genetik yang dibawanya ke sel telur.[10]
Di sini ada hal penting yang perlu dicatat: ada 300 hormon yang diproduksi oleh sel sperma dan sel telur yang terlibat dalam penyatuan ini. Semua sel telur dari setiap spesies makhluk hidup akan memproduksi fertilisin yang khusus hanya untuknya. Tujuan dihasilkannya zat ini yaitu untuk menghalangi sperma spesies lain masuk ke dalam sel telurnya. Proses yang sama terjadi pada kucing, atau kuda, demikian pula manusia. Hal ini dilakukan untuk menjaga spesies dari polusi atau kontaminasi keturunan.[11]
f. Tahap selesai pembuahan
Tatkala sperma masuk ke dalam sel telur, ekornya akan terputus dan tertinggal di luar. Persis ibarat roket materi bakar dari pesawat ulang-alik luar angkasa kembali ke bumi setelah menuntaskan tugasnya. Ia meninggalkan dan melepaskan tabung materi bakarnya. Karena tabung materi bakar ini tidak lagi berfungsi, maka ia harus dilepaskan pada saatnya yang tepat. Demikian pula ekor sperma, setelah ia menunaikan tugasnya sebagai aktivis sperma, ia dilepaskan dikala sperma memasuki sel telur. Kalau kita memperhatikan proses pembuahan ini, kita akan dapati sistem yang diperhitungkan dengan sangat cermat.
Cairan yang ada di sekeliling sel telur bertugas melarutkan tameng pada sperma secara berangsur-angsur. Pada dikala ibarat ini berarti sperma sudah akrab dengan sel telur. Ketika tameng itu benar-benar hilang, keluarlah enzim –enzim dari sperma yang melarutkan selaput luar sel telur semoga sperma sanggup masuk. Lalu muatan listrik pada sel telur akan menjadi positif sehingga menolak sperma-sperma lain.
g. Awal Perubahan: Tiga tahap embrio dalam Rahim
Kehidupan di dalam Rahim terbentuk melalui tiga tahap. Tahap-tahap ini sendiri terdiri dari proses dan kejadian yang bermacam-macam dalam perkembangan embrio. Di antara huruf terpenting setiap tahap yaitu sebagai berikut:
1) Pre Embryonic (Praembrio, dua setengah ahad pertama)
Sel telur yang telah dibuahi akan memperbanyak diri dengan melaksanakan pembelahan. Setelah 3 ahad pertama menjadi kumpulan sel, ia akan menempatkan dirinya pada dinding rahim. Pembelahan terus berlangsung hingga ia menjadi struktur dengan tiga lapisan.
Sambil membelah diri secara tepat setiap 30 jam, janin terus bergerak menuju tempat yang kondusif baginya. Jumlah selnya berubah: 2, 4, 8, 16, dst. Secara lambat ia dan sperma-sperma yang telah gagal bergerak menuju Rahim.
2) Embryonic (tahap embrio awal, hingga selesai ahad kedelapan)
Sel-sel akan terus membelah diri (zigot) dan berkelompok-kelompok guna membentuk sel-sel penglihatan yang amat peka terhadap cahaya, selsel syaraf yang sangat sensitif terhadap rasa sakit, lezat, panas, atau dingin, sel-sel indera pendengaran yang amat peka terhadap suara, dan sel-sel kanal pencernaan yang bisa mencerna makanan, serta alat-alat lain yang sangat banyak. Pada selesai ahad ketiga kehamilan, sel-sel yang berjumlah banyak ini telah bermetamorfosis sepotong daging yang disebut ‘mudghah’ oleh Al Qur’an. Al Qur’an menyatakan bahwa ‘mudghah’ ini merupakan bentuk perubahan dari ‘alaqah (segumpal darah yang menempel).
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (‘alaqah), kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging (mudghah), dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik”. (Al-Mu’minun (23):14)
Embrio ini kemudian melalui pembelahan sel di tuba fallopii, sambil terus bergerak menuju tempat menetapnya selama sembilan bulan kedepan, yakni rahim ibu (uterus). Embrio yang sedang berkembang ini terus berenang menuju Rahim sambil memberi sinyal biokimiawi yang seolah mengatakan: “Saya ada di sini”. Pesan ini akan mengakibatkan tubuh ibu mempersiapkan diri menjalankan kiprah menyediakan nutrisi bagi janin berupa banyak sekali garam, zat besi, darah, dan vitamin-vitamin yang sangat dibutuhkannya. Pesan ini juga memerintahkan pengiriman hormon HCG ke ovarium ibu, sehingga hormon lain akan dihasilkan untuk menghentikan proses produksi sel telur.[12] Pada tahap ini, lapisan-lapisan sel tersebut mulai membentuk tulang dan anggota tubuh yang terpenting.
Meski baru-baru ini diyakini bahwa tulang dan otot terbentuk dan berkembang bersamaan. Namun penelitian terakhir menunjukkan kenyataan yang berbeda. Ternyata jaringan tulang rawan pada janin bermetamorfosis tulang, kemudian sel-sel yang melingkupi tulang bergabung dan membentuk otot.
Dalam buku “Developing Human” dijelaskan bahwa “Pada ahad keenam, proses perubahan jaringan tulang rawan menjadi tulang terjadi pada tulang selangka. Pada selesai ahad ketujuh perubahan menjadi tulang terjadi pada tulang-tulang panjang. Pada dikala berlangsungnya hal ini, sel-sel lain di antara jaringan yang mengelilingi tulang mulai membentuk jaringan otot yang membelah diri menjadi dua kelompok: depan dan belakang.”[13]
3) Fetal (sesudah ahad kedelapan hingga kelahiran)
Pada fase ini ia disebut fetus, yang berlangsung dari pekan kedelapan hingga kelahiran. Karakter yang membedakan tahap ini dengan yang lain yaitu mulai jelasnya wujud insan dengan munculnya wajah, kedua tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh fetus ini yang pada awal tahap ini mempunyai panjang 3 cm. Perkembangannya akan terus berlanjut hingga ahad kelahiran.
h. Persiapan untuk hidup didunia luar
Disamping proses perkembangan janin yang bertahap, ada juga acara teramat penting. Aktivitas ini sebagai persiapan hidupnya di tempat dan dalam keadaan yang sangat berbeda dengan kondisi nyaman dalam rahim. Untuk itu janin harus mulai bergerak dan memakai anggota tubuhnya yang gres saja terbentuk sebagai latihan. Cairan amnion berada di dalam selaput yang membungkus janin dan memisahkannya dari ibu. Hal ini memungkinkan janin bergerak dan berputar. Cairan ini secara bersama disiapkan oleh ginjal janin, paru-parunya, amnion[14] (lapisan selaput dalam yang eksklusif mengelilingi janin), dan rahim ibu.[15]
i. Persiapan Untuk Bernafas yang Pertama Kali
Bernafas yaitu hal terpenting bagi bayi setelah dilahirkan. Kedua paru-parunya yang belum pernah mengenal udara harus dipenuhi udara dan mulai melaksanakan tugasnya mengambil oksigen, dan ternyata ia berhasil. Padahal dikala di dalam rahim, bayi hanya mengambil oksigen dari darah sang ibu.
Allah telah menyiapkan segala sesuatu bagi bayi termasuk paru-parunya. Dia telah memerintahkan diafragma (batas antara rongga dada dan perut) untuk menyiapkan paru-paru semoga sanggup berfungsi untuk bernafas. Pada dikala usia kehamilan menjelang enam bulan, diafragma mulai melaksanakan gerakan mengerut dan mengembang, sehingga paru-paru memperoleh kesiapan untuk menjalankan tugasnya. Gerakan ini akan terus dilakukan tanpa henti hingga kelahiran bayi.
3. Pandangan Islam Mengenai Penciptaan Manusia
Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam mempunyai pandangan yang khas mengenai manusia. Lembaran-lembarannya memuat petunjuk Ilahi wacana penciptaan insan dan juga hakekat manusia, baik secara tersurat (jelas maknanya) maupun tersirat (perlu penafsiran). Al-Qur’an bahkan menandakan pandangan mengenai penciptaan insan dari sisi yang sangat subjektif yang tidak sanggup disandarkan pada pegangan lain yang dianggap sanggup dipercaya.[16]
Al-Qur’an menjelaskan bahwa insan mengungguli makhluk-mahluk lain ciptaan Allah SWT lantaran kedudukannya selaku khalifah dimuka bumi ini.[17] Hal tersebut terang melahirkan bentuk relasi antara manusia, alam dan binatang yang bersifat penguasaan, pengaturan dan penempatan oleh dan untuk manusia.
Keunggulan insan terletak dalam wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya makhluk (Ahsana al-Taqwim), baik dalam keindahan, kesempurnaan bentuk tubuh, maupun dalam kemampuan memaknainya, baik intelektual maupun spiritual.[18]
Unsur jasmani dan rohani yang biasa disebut relasi antara tubuh dan roh pada manusia, masing-masing merupakan substansi yang tidak bergantung pada yang lain[19] dan dianggap mempunyai nilai lebih, sehingga kualitasnya berada diatas kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal keistimewaan inilah insan dipercaya bisa menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Selain itu, insan juga merupakan makhluk berperadaban yang bisa membuat sejarah generasinya.[20]
Al-Qur’an menyatakan bahwa proses penciptaan insan mencakup dua tahapan yang berbeda. Pertama yaitu tahapan yang disebut primodinal bahwa insan pertama yaitu Adam a.s. yang diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibuat Allah dengan seindah-indahnya. Kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri insan tersebut.
“Dan Sesungguhnya Kami telah membuat insan (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah membuat jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya saya akan membuat seorang insan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila saya telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kau kepadanya dengan bersujud”. QS. Al- Hijr: 26-29.
Penjelasan perihal penciptaan insan dari tanah liat juga sanggup kita jumpai pada QS. Al-Mukminun:12, Al-Ruum:20 dan Al-Rohman: 4 dan Al-An’am: 2. Kedua, yaitu tahapan biologi. Penciptaan insan melalui proses biologi sanggup dipahami secara sains-empirik. Dalam proses ini insan diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh yaitu (Rahim). Kemudian nuthfah dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam Rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang kemudian kepadanya ditiupkan ruh yang dihembuskan Allah SWT ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan selama 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
“Sesungguhnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. Al-Mukminun: 12-14)
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kau kepadanya dengan bersujud” (QS. Al-Hijr. 28-29)
Sungguh benar bila dikatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini telah digambarkan dan dijelaskan dalam al-Qur’an, begitu pula wacana penciptaan manusia. Penjelasan Al-Qur’an mengenai penciptaan insan bahkan tampak sangat terang kebenarannya justru ketika para ilmuan beberapa puluh tahun setelahnya berusaha meneliti proses penciptaan insan secara ilmiah dan terbukti sesuai dengan apa yang telah digambarkan dalam al-Qur’an.
Begitulah Islam menggambarkan penciptaan insan sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an. Manusia yaitu khalifah di muka bumi yang tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah,[21] meski mempunyai derajat lebih tinggi dari makhluk lainnya. Manusia yaitu makhluk tepat yang dikaruniai logika oleh Allah SWT semoga sanggup membedakan antara yang haq dan yang batil. Dan mengenai asal-muasalnya, sungguh kebenaran klarifikasi Al-Qur’an telah terbukti keabsahannya secara ilmiah.
B. Tabiat-Tabiat Manusia
Tabiat atau yang sering disebut dengan watak yaitu pembawaan dasar insan yang mempunyai arti budi pekerti, perbuatan yang selalu dilakukan, kelakuan dan tingkah laku. Setiap orang mustahil sanggup terlepas dari watak atau watak. Tabiat juga yang seringkali dituding sebagai kepingan kejiwaan insan yang sangat sulit untuk dirubah, ibarat seseorang yang bertabiat jelek misalnya, dimanapun ia berada ia akan selalu bahagia untuk berbuat buruk, begitu pula sebaliknya.
Berbicara wacana watak, sesungguhnya insan mempunyai beberapa kemiripan dengan makhluk hidup yang lain, katakanlah binatang, meskipun ada perbedaan-perbedaan fundamental yang kemudian memberinya dua kehidupan, yaitu kehidupan meterialistis dan kehidupan kemanusiaan.[22]
Pengenalan dan ilmu pada insan yang terang lebih luas daripada binatang pada umumnya, menimbulkan insan mempunyai derajat yang lebih tinggi dari mereka. Wilayah pandangan dan juga pengetahuan yang luas serta unggul menjadikannya bisa menjembatani semoga nafsu binatang yang ada pada dirinya sanggup terbendung.
Secara garis besar, ada empat macam sifat yang ada pada diri manusia. Kecenderungan insan dalam menyikapi empat sifat inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong terbentuknya watak pada diri manusia, yaitu:
1. Tabiat Bahimiyah (Sifat-sifat binatang ternak)
Yakni watak binatang jinak yang memamah biak. Tabiat ini mempunyai kedekatan dengan insan untuk memperoleh keperluan pribadi semoga sanggup memenuhi nafsunya. Jika keperluannya tercapai, maka sampailah ia pada batas tujuan.
Nafsu dan syahwat selalu menjadi tujuan prioritas, meski hal itu seharusnya sanggup dihilangkan oleh mereka yang mempunyai pikiran sehat. Hal inilah yang kiranya bertentangan dengan norma kesusilaan, lantaran tujuan insan bertabiat bahimiyah hanyalah memenuhi kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, logika sehatnya telah dikuasai oleh nafsu.
2. Tabiat Syabu’iyah (Sifat-sifat binatang buas)
Manusia dengan watak ini selalu ingin menang sendiri, enak sendiri, mulia sendiri dan terpuji sendiri. Mereka tidak suka ada orang lain yang menyainginya. Karena itu, kebaikan apa saja yang hendak hingga ke orang lain selalu berusaha dicegah sekuat kemampuannya.
Tabiat ini sangat erat dengan kedengkian, iri, hasud dan cemburu ketika orang lain memperoleh kesenangan. Singkatnya, mereka menghendaki segala kenikmatan untuknya dan segala kesusahan untuk orang lain.
3. Tabiat Syaithoniyah (sifat-sifat setan)
Yaitu watak yang darinya bercabang sifat dengki, kelaliman, muslihat, tipu daya, proposal kepada kerusakan dan kemungkaran.[23]
4. Tabiat Rububiyah (sifat-sifat ketuhanan)
Yaitu watak yang diwarnai dengan sifat-sifat ketuhanan. Manusia dengan watak ini cenderung memelihara segala perbuatannya menuju keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari watak ini lahirlah sifat belas kasih, ikhlas, kasih sayang, suka membela yang lemah, suka menyantuni dan segala sifat terpuji lainnya yang cenderung mendekat pada kebaikan serta keridhaan Allah SWT.
Masing-masing sifat ini sanggup menonjol dan mewarnai dirinya serta membentuk watak bergantung pada insan itu sendiri.[24] Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa intinya insan mempunyai syahwat atau nafsu yang hendaknya ia kendalikan, sebagaimana dalam QS. Ali Imron ayat 14
“Dijadikan indah pada (pandangan) insan kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Ali Imron: 14.
Dari ayat tersebut maka terang adanya,bahwa sesungguhnya dalam diri setiap insan ada nafsu atas wanita, anak, harta, binatang ternak, sawah ladang dan lain sebagainya. Kemampuan dalam mengendalikan nafsu-nafsu itulah yang kemudian menjadi tantangan bagi insan yang telah dibekali logika semoga bisa menyeimbangkan antara nafsu dan akal. Jika seseorang lebih condong pada nafsu yang dimilikinya, maka ia akan mempunyai watak yang jelek dan begitu pula sebaliknya, bila seseorang bisa mengendalikan nafsunya dan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah demi mendapat ridha-Nya, maka ia akan mempunyai watak yang baik.
Dalam hal ini sesungguhnya lingkungan juga sanggup menghipnotis kemampuan insan dalam mengontrol nafsu yang dimilikinya, lantaran tidak sanggup dinafikkan bahwa pergaulan bersama orang-orang yang bisa mengendalikan nafsunya sanggup mendorong seseorang semoga turut serta mengikuti dan berusaha untuk mengendalikan nafsunya hawa nafsunya, sehingga lambat laun ia akan bertabiat baik sebagaimana teman pergaulannya dan begitu pula sebaliknya.
A. PENUTUP
Proses penciptaan insan yaitu sebuah runtutan yang sangat rumit yang mustahil ada dengan sendirinya tanpa sebuah tujuan dan juga pengendali. Terciptanya insan melalui proses yang sedemikian rupa tidaklah mungkin terjadi secara kebetulan, namun niscaya ada sebuah perencanaan yang sangat matang ketika menciptakannya, perencanaan dengan sebuah tujuan yang tidak lain dilakukan oleh Dzat Yang Maha Agung, Yang Maha Segalanya dan bukan dari unsur semesta ini yaitu Sang Pencipta yang tidak lain yaitu Allah SWT.
Al-Qur’an telah menggambarkan dengan terang bagaimana insan diciptakan. Keabsahannya pun telah diakui dengan adanya hasil penelitian biologis secara ilmiah. Fakta biologis yang dianggap sangat sinkron dengan al-Qur’an inilah yang kemudian bisa menumbangkan teori evolusi yang menyatakan bahwa asal mula insan yaitu kera.
Mengenai watak manusia, Al-Qur’an menjelaskan bahwa sesungguhnya insan telah dibekali nafsu, disamping Allah juga mengaruniainya logika semoga sanggup mengontrol antara keduanya.
Tabiat yang diartikan sebagai tingkah laris pembawaan dasar insan sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan orang-orang yang berada disekelilingnya. Karena itu, tidaklah heran bila seringkali kita temukan seorang dengan watak baik lantaran sesungguhnya ia berasal dari keluarga baik-baik dan mempunyai kelompok yang baik pula.
B. DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Achmad, Wahyudin. Pendidikan Agama islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Grasindo, 2009)
Aryulina, Diah. Biologi 3 (SMA & MA untuk kelas XII) (Surabaya: Erlangga, 2006)
Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)
Guyton & Hall, Human Physiology and Mechanisms of Disease, 1997.
Guyton & Hall, Tibbi Fizyoloji (Istanbul: Kitabevleri, 1996), Ed.9th
Handrianto, Budi. Kebeningan hati dan Pikiran, Refleksi Tasawuf kehidupan Orang Kantoran (Jakarta: Gema Insani, 2006)
Hitami, Munzir. Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2009)
Izzanuddin Taufiq, Muhammad. Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi (Solo: Tiga Serangkai, 2006)
Jalaluddin, “Teologi Pendidikan” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)
Liem, Koko, Membuka Pintu Tobat, Jauhkan Maksiat ,Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011.
Lux Flanagan, Geraldine. Beginning Life ,London: A Dorling Kindersley Book, 1996.
Moore, Keith L. The Developing Human – Clinically Oriented Embryology ,Canada: W. B. Saunders Company, 1983.
Muthahhari, Murtadha. Membumikan Kitab Suci, Manusia dan Agama ,Bandung: Mizan, 2007.
Pernoud, Laurence. J’attends un enfant ,Paris: Pierre Horay, 1995.
Rahman Shaleh, Abdul. Muhbib, Abd.Wahab, “Psikologi Suatu Pengantar Ilmu Perspektif Islam” ,Jakarta: Prenada Media, 2004.
Yahya, Harun. Keajaiban Penciptaan Manusia , Jakarta: PT. Global Media Cipta Publishing, 2003).
Yunus, Rosman. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam ,Jakarta: Prestasi, 2006