Triangulasi,
A. Pendahuluan
Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian yakni kasus triangulasi. Hal tersebut didasarkan alasannya yakni banyak yang masih belum memahami makna dan tujuan tiangulasi dalam penelitian. Karena kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul problem tidak saja antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar dosen pada ketika menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini tidak akan terjadi kalau masing-masing mempunyai pemahaman yang cukup mengenai triangulasi.
Istilah triangulasi dalam kegiatan penelitian secara umum banyak dipahami oleh sebagian kalangan hanya sanggup di jumpai dalam penelitian kualitatif sebagai salah satu teknik validasi sebuah penelitian. Akan tetapi, pemahamannya tidak sesederhana yang dipahami oleh sebagian kalangan tersebut. Triangulasi akan sangat tepat penggunaannya dalam sebuah penelitian apabila kita paham konsep dari triangulasi itu sendiri, dan batasan-batasannya kalau akan di implementasikan dalam sebuah penelitian.
Selain itu, istilah triangulasi juga tidak hanya dipahami sebagai salah satu teknik analisis data dan teknik validasi data kualitatif, akan tetapi triangulasi sanggup juga dipahami sebagai suatu teknik penelitian perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada ketika melaksanakan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya yakni bahwa fenomena yang diteliti sanggup dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi kalau didekati dari banyak sekali sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Agar kita bisa memahami apa itu triangulasi di bawah ini pemakalah akan menyajikan klarifikasi apa itu triangulasi.
B. Pengertian Triangulasi
Triangulasi yakni istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan banyak sekali metode dalam suatu kajian perihal satu tanda-tanda tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di sanggup dari sumber atau metode lain.[1] Kepopuleran penggabungan metode ini telah tumbuh selama 40 hingga 50 tahun yang lalu, yaitu pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat dapat dipercaya temuan penelitian dengan cara membandingkannya dengan banyak sekali pendekatan yang berbeda.[2]
Ide perihal triangulasi bersumber dari wangsit perihal multiple operationism yang mengesankan bahwa kesahihan temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data.[3]
Seperti halnya dengan penelitian-penelitian yang lain, pencampuran metode penelitian ini tidak tanpa kontroversi, di sana terdapat banyak keprihatinan yang terlihat perihal waktu dan kepentingan kebutuhan untuk mengkombinasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu penyelidikan.[4] Selain itu juga pada kalangan penelitian kualitatif, alasannya yakni memakai terminologi dan cara yang menyerupai dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), menyerupai pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di antara para jago penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain menyerupai dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang sanggup digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim digunakan dalam penelitian kualitatif alasannya yakni terbukti bisa mengurangi bias dan meningkatkan dapat dipercaya penelitian.[5]
Konsep ini dilandasi perkiraan bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang digunakan secara gotong royong dalam suatu penelitian.
Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan alasannya yakni adanya cita-cita melaksanakan penelitian dengan memakai dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan tertentu, dan mempunyai pendapat dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu kasus kalau dilihat dengan memakai suatu metode akan berbeda kalau dilihat dengan memakai metode yang lain. Oleh alasannya yakni itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut digunakan secara gotong royong dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan sanggup memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna. Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih utuh dari objek penelitian.
Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis data membutuhkan sebuah mekanisme untuk menguji hasil analisis data.[6]
Dalam penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti sanggup menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif atau sanggup juga dengan menekankan pada kedua metode. Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif sanggup digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya kalau menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatif-kualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni :
1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hiptesis.
2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama memakai metode kualitaif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
3. Metode penelitian tidak sanggup di gabungkan alasannya yakni paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif sanggup menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), tampaknya penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama memakai kuesioner, data yang diperoleh yakni data kuantitatif. Selanjutnya, untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka sanggup dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah mengatakan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap kasus yang diteliti.[7]
4. Memahami masing-masing metode dan pentingnya metode tersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan;
5. Memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini diubahsuaikan dengan kasus dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai;
6. Kedua metode yang digunakan juga sanggup dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode sanggup digunakan dalam desain secara gotong royong namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja;
7. Kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu kegiatan penelitian secara simultan apabila ada relasi dengan kasus dan tujuan penelitian.[8]
C. Tujuan dalam memakai metode triangulasi
Tujuan memakai metode triangulasi, pertama adalah menggabungkan dua metode dalam satu penelitian untuk mendapat hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan memakai satu metode saja dalam suatu penelitian. Triangulasi lebih banyak memakai metode alam level mikro, menyerupai bagaimana memakai beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk memakai informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Asumsinya abahwa isu yang diperoleh peneliti melaui pengamatan akan lebih akurat apabila juga digunakan interview atau memakai materi dokumentasi untuk mengoreksi keabsahan isu yang telah diperoleh dengan kedua metode tersebut.[9]
Kedua, tujuannya ialah membandingkan isu perihal hal yang sama yang diperoleh dari banyak sekali pihak, biar ada jaminan perihal tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subyektif.[10] Teknik ini yakni sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data perihal banyak sekali insiden dan relasi dari banyak sekali pandangan, dengan kata lain bahwa pihak peneliti sanggup melaksanakan ‘check and rechek’ temuan-temuannya dengan cara membandingkan,[11]
Sebelum melaksanakan penelitian dengan memakai metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik kalau dibandingkan dengan memakai satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini di dasarkan adanya kekuatan dan kelemahan pada taktik pengumpulan data secara tunggal, sehingga dengan memakai dua pendekatan metode ini diharapkan bisa mendapat akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan.[12] Hal ini di dasarkan atas pernyataan Denzin yang dikutip oleh Patton, ia menyebutkan logika triagulasi ini berdasar bahwa: “ tidak ada metode tunggal yang secara keseluruhan bisa mencukupi dan memecahkan masalah, alasannya yakni setiap metode menyatakanaspek yang berbeda atasrealita empiris, metode ganda atas pengamatan haruslah dipakai. Hal inilah yang disebut dengan triangulasi. Saya kini mengatakan sebagai hukum prinsip metodologis tamat bahwa metode ganda haruslah digunakan pada setiap penyelidikan”.[13]
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Proses triangulasi tersebut dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, hingga suatu ketika peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.[14]
D. Teknik pengecekan ke absahan data.
Dalam mengecek keabsahan atau validitas data memakai teknik triangulasi, S. Nasution mengungkapkan bahwa data atau isu dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, contohnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan memakai metode yang berbeda-beda.[15]
Sedangkan berdasarkan Lexy Moleong, triangulasi yakni teknik investigasi keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[16]
Dari beberapa pendapat diatas, sanggup diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok dalam mendefenisikan triangulasi sebagai teknik pengecekan keabsahan data. Oleh alasannya yakni itu, Triangulasi sebagai salah satu tehnik investigasi data secara sederhana sanggup disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya memakai satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya memakai pemahaman eksklusif peneliti saja tanpa melaksanakan pengecekan kembali dengan penelitian lain.
Denzin yang di kutip oleh Patton telah menyebutkan empat tipe dasar triangulasi: (1) triangulasi data, yakni penggunaan bermacam-macam sumber data dalam suatu kajian; (2) triangulasi investigator, yakni penggunaan beberapa evaluator atau ilmuwan social yang berbeda; (3) triangulasi teori, yakni penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; (4) triangulasi metodologis, penggunaan metode ganda untuk mengkaji kasus atau aktivitas tunggal, menyerupai wawancara, pengamatan dan dokumen.[17]
Dari empat teknik dasar triangulasi di atas dan tidak jauh berbeda, beberapa tokoh membuatkan penjelasannya, diantaranya yakni Lexy Moleong, beliau menjelaskan bahwa teknik tersebut adalah: [18]
1. Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu isu yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda melalui:
a) Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b) Perbandingan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi.
c) Perbandingan apa yang dikatakan perihal situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d) Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang beropini sebagai rakyat biasa, dengan yang berpendidikan dan pejabat pemerintah.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan yakni berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.
Selanjtnya, Burhan Bungin menambahkan bahwa triangulasi sumber data juga memeberi kesempatan untuk dilakukannya hal-hal sebagai berikut: (1) evaluasi hasil penelitian dilakukan oleh responden, (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (3) menyediakan aksesori isu secara sukarela, (4) memasukkan informan dalam kancah penelitian, membuat kesempatan untuk megikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data, (5) menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
2. Teknik triangulasi penyidik, dengan memanfaatkan penelitian atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Cara lain yakni membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi pelencengan dalam pengumpulan suatu data hasil penelitian.
3. Teknik triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak sanggup diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih, dan sanggup dilaksanakan dengan klarifikasi banding (rival explanation).
4. Teknik triangulasi dengan metode, yaitu terdapat dua strategi, yaitu:
a) Pengecekan derajat kepercayaan inovasi hasil penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan data,
b) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan sumber yang sama.
Dari beberapa klarifikasi di atas, sanggup diketahui bahwa triangulasi ini merupakan teknik yang didasari contoh pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diharapkan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan bermacam-macam fenomena yang muncul, dan selanjutnya sanggup ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk mendapat pengertian yang tepat atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki. Selanjutnya, penulis ingin menyatakan bahwa triangulasi bisa dianggap penting dalam penelitian, kendati niscaya menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi sanggup meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti.
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya yakni dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga memakai semua pancaindra termasuk yakni pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.
E. Kesimpulan
1. Triangulasi yakni istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan banyak sekali metode dalam suatu kajian perihal satu tanda-tanda tertentu.
2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan alasannya yakni adanya cita-cita melaksanakan penelitian dengan memakai dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data.
3. Tujuan memakai metode triangulasi, yakni untuk mendapat hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan memakai satu metode saja dalam suatu penelitian. Kelebihannya yakni bisa mendapat akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan, sanggup meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Kekuranganya, yakni perlu adanya aksesori waktu, biaya serta tnaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaanya.
4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi secara sederhana sanggup disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya memakai satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya memakai pemahaman eksklusif peneliti saja tanpa melaksanakan pengecekan kembali dengan penelitian lain.
5. empat tipe dasar triangulasi, antara lain: (1) triangulasi data; (2) triangulasi investigator; (3) triangulasi teori; (4) triangulasi metodologis.
Daftar Pustaka
Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010.
Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010.
Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991.
Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, Oktober,2010.
Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009.