Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Penemuan


PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan guru harus mempunyai kemampuan merancang suatu startegi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, dan lantaran itulah semua tujuan yang ada tidak akan dicapai oleh hanya satu taktik tertentu.
Oleh alasannya ialah lantaran kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi serta perkembangan pendidikan, telah terjadi pergeseran makna mengajar dari sekedar kegiatan memberikan materi pelajaran menjadi kegiatan mengatur lingkungan biar siswa belajar.
Sejak insan lahir ke dunia, insan mempunyai dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu ihwal alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat insan semenjak ia lahir ke dunia. Sejak kecil insan mempunyai keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya.Hingga cukup umur keingintahuan insan secara terus menerus berkembang dengan memakai otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki insan akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu taktik pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Kenyataan kini ini ialah bahwa mata pelajaran scince tidak sanggup membuatkan kemampuan anak untuk berfikir kritis dan sistimatis, lantaran taktik pembelajaran berfikir tidak dipakai secara baik dalam setiap proses embelajaran di dalam kelas terutama materi PAI.

PEMBAHASAN

A.      Strategi Pembelajaran
1.      Pengertian Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “intruere” yang berarti memberikan pikiran, dengan demikian arti instruksional ialah memberikan pikiran atau inspirasi yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk menawarkan pengalaman berguru yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber berguru lainnya dalam pencapaian kompetensi dasar.[1]
Secara umum taktik mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam perjuangan mencapai target yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan berguru mengajar, taktik bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan berguru mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[2]
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, taktik diartikan sebagai planning yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai target khusus.[3] Dalam dunia pendidikan taktik diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal” (J.R. David: 1976). Dari situ diketahui bahwa taktik pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi ihwal rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Definisi lain disebutkan bahwa pengertian dari taktik pembelajaran ialah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa biar tujuan pembelajaran sanggup dicapai secara efektif dan efisien.  Adapun upaya pengimplementasian planning yang telah disusun dalam kegiatan faktual biar tujuan yang telah disusun sanggup tercapai secara optimal diharapkan suatu metode. Ini berarti, metode dipakai untuk merealisasikan taktik yang telah ditetapkan. Oleh karenanya, taktik berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu (a plan of operation  achieving something) sedangkan metode ialah cara yang sanggup dipakai untuk melaksanakan suatu taktik (a way in achieving something).[4]
Istilah lain yang juga mempunyai kemiripan dengan taktik ialah pendekatan (approach). Namun, pendekatan disini diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan ihwal terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kellen (1996) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan taktik pembelajaran pribadi (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sementara itu, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan taktik pembelajaran inquiry dan discovery serta pembelajaran deduktif.[5]
Selain strategi, metode dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang terkadang sulit dibedakan, yaitu tehnik dan taktik mengajar. Tehnik dan taktik mengajar merupakan pembagian terstruktur mengenai dari metode pembelajaran. Tehnik ialah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, sedangkan taktik ialah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu tehnik atau metode tertentu, sehingga disini taktik sifatnya lebih individual.
Dari klarifikasi diatas sanggup ditentukan bahwa suatu taktik yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan taktik itu sanggup ditetapkan banyak sekali metode pembelajaran.[6]
Dalam penerapan taktik pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan biar dalam kegiatan pembelajaran sanggup mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Komponen tersebut diantaranya :[7] a) kegiatan pembelajaran pendahuluan; b) penyampaian informasi; c) partisipasi peserta didik; d) tes; dan e) kegiatan tindak lanjut.

2.      Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Sebelum menentukan taktik pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam menentukan taktik pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a.    Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang sanggup diajukan ialah sebagai berikut:
1)      Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vokasional (kognitif, afektif atau psikomotor)?
2)      Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
3)      Apakah untuk mencapai tujuan itu diperlukan keterampilan akademik?
b.    Pertimbangan yang berafiliasi dengan materi atau materi pembelajaran
1)      Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, aturan atau teori tertentu?
2)      Apakah untuk mempelajari materi pelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
3)      Apakah tersedia materi atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?


c.    Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
1)      Apakah taktik pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?
2)      Apakah taktik pembelajaran itu sesuai dengan minat, talenta dan kondisi peserta didik?
3)      Apakah taktik pembelajaran itu sesuai dengan gaya berguru peserta didik?
d.   Pertimbangan lainnya yang besifat non-tekhnis
1)      Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi?
2)      Apakah taktik yang kita memutuskan dianggap satu-satunya taktik yang sanggup digunakan?
3)      Apakah taktik itu mempunyai nilai efektivitas atau efisiensi?[8]

B.       Strategi Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry yang berarti pertanyaan, investigasi atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan insan untuk mencari atau memahami informasi. Gulo  menyatakan bahwa taktik pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan berguru yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan mengusut secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.[9]
Rumusan lainnya menyatakan, ”Pengajaran berdasarkan inkuiri ialah salah satu taktik yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa masuk ke dalam satu informasi atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu mekanisme yang digariskan secara terang dan structural kelompok.”.[10]
Dalam stategi pembelajaran inkuiri (SPI), secara umum berdasarkan Massialas dan Cox menyatakan bahwa kelas daerah berguru harus dianggap sebagai “reflective classroom”. Sebagai reflective classroom terdapat tiga karakteristik kelas yang harus dikembangkan dalam taktik inkuiri.[11]
Pertama, strategi inkuiri menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai peserta pelajaran melalui klarifikasi guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan balasan sendiri yang sifatnya sudah niscaya dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan sanggup menumbuhkan perilaku percaya diri. Aktifitas pembelajaran biasanya  dilakukan melalui proses tanya jawabantara guru dengan siswa.
Ketiga, tujuan dari taktik pembelajaran inkuiri ialah membuatkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau membuatkan kemampuan intelektual sebagai potongan dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya  dituntut menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana mereka sanggup memakai potensi yang dimiliknya.
1.      Prinsip Strategi Pembelajaran Inkuiri
Prinsip-prinsip pelakasanaan taktik pembelajaran inkuiri, diantaranya: [12]
1)      Berorientasi pada pengembangan intelektual
2)      Prinsip interaksi
3)      Prinsip bertanya
4)      Prinsip berguru untuk berpikir prinsip ketebukaan
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan taktik yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu berdasarkan Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
Maturation atau kematangan ialah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang mencakup pertumbuhan tubuh, otak, dan sistem saraf. Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Social experience adalah kegiatan dalam berafiliasi dengan orang lain. Equilibration ialah proses pembiasaan antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan gres yang ditemukannya.
Atas dasar faktor-faktor di atas, maka dalam Strategi pembelajran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1.   Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari taktik inkuiri ialah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian taktik pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil berguru juga berorientasi kepada proses belajar. Sehingga kriteria keberhasilan dari suatu proses pembelajaran inkuiri ditentukan oleh sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2.      Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.      Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam memakai taktik pembelajrana inkuiri ialah sebagai penanya. Oleh karenanya banyak sekali jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh stiap guru, apakah itu hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk membuatkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4.       Prinsip berguru untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi berguru ialah suatu proses berpikir (learning how to think), yakni proses membuatkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir ialah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.       Prinsip keterbukaan
Belajar ialah suatu proses mencoba banyak sekali kemungkinan. Oleh alasannya ialah itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
2.      Pendekatan-Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a.    Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melaksanakan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai kiprah aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini dipakai bagi siswa yang kurang berpengalaman berguru dengan pendekatan inkuiri.Dengan pendekatan ini siswa berguru lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru sampai siswa sanggup memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual biar bisa menuntaskan kasus dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses berguru berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak menawarkan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa bisa melaksanakan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan sanggup berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang sanggup menggiring siswa biar sanggup memahami konsep pelajaran matematika.Di samping itu, bimbingan sanggup pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses berguru guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru sanggup mengetahui dan menawarkan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diharapkan oleh siswa.
b.    Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya pendekatan ini dipakai bagi siswa yang telah berpengalaman berguru dengan pendekatan inkuiri.Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seperti bekerja menyerupai seorang ilmuwan.Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menuntaskan kasus secara mandiri, merancang mekanisme atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu laba berguru dengan metode ini ialah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan kasus open ended dan mempunyai alternatif pemecahan kasus lebih dari satu cara, lantaran tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang gres atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari kasus yang diselidiki.
Sedangkan berguru dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1)      waktu yang diharapkan untuk menemukan sesuatu relatif usang sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum.
2)      karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,
3)      ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang usang untuk menilik hasil yang diperoleh siswa,
4)      karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
c.    Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kerja sama atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani contoh kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak sanggup menentukan atau menentukan kasus untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang berguru dengan pendekatan ini mendapatkan kasus dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, biar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan impian biar siswa sanggup menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak sanggup menuntaskan permasalahannya, maka bimbingan sanggup diberikan secara tidak pribadi dengan menawarkan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
3.      Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pertama, taktik inkuiri menekankan kepada kegiatan siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.Artinya taktik inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai peserta pelajaran melalui klarifikasi guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh kegiatan yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan balasan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan sanggup menumbuhkan perilaku percaya diri {self belief). Dengan demikian, taktik pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator berguru siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam memakai teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melaksanakan inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan taktik pembelajaran inkuiri ialah membuatkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau membuatkan kemampuan intelektual sebagai potongan dari proses mental. Dengan demikian, dalam taktik pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka sanggup memakai potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu sanggup membuatkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan sanggup membuatkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, alasannya ialah dalam taktik ini siswa memegang kiprah yang sangat secara umum dikuasai dalam proses pembelajaran.

4.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan memakai taktik sanggup mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Orientasi
Langkah orientasi ialah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan biar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas memakai kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b.      Merumuskan Masalah
Merumuskan kasus merupakan langkah membawa siswa pada suatu dilema yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan ialah dilema yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.Dikatakan teka-teki dalam rumusan kasus yang ingin dikaji disebabkan kasus itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari balasan yang tepat. Proses mencari balasan itulah yang sangat penting dalam taktik inkuiri, oleh alasannya ialah itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya membuatkan mental melalui proses berpikir.
c.       Merumuskan Hipotesis
Hipotesis ialah balasan sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.Sebagai balasan sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus mempunyai landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit membuatkan hipotesis yang rasional dan logis.
d.      Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data ialah kegiatan menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam taktik pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang berpengaruh dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan memakai potensi berpikirnya. Karena itu, kiprah dan kiprah guru dalam tahapan ini ialah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sanggup mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.Sering terjadi kemacetan berinkuiri ialah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan.Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar.Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus menawarkan dorongan kepada siswa untuk berguru melalui penyuguhan banyak sekali jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e.       Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis ialah proses menentukan balasan yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting ialah mencari tingkat keyakinan siswa atas balasan yang diberikan.Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti membuatkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran balasan yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan sanggup dipertanggungjawabkan.
f.       Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan ialah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, lantaran banyaknya data yang diperoleh, mengakibatkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada kasus yang hendak dipecahkan.Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru bisa memperlihatkan pada siswa data mana yang relevan.

KESIMPULAN
           
Dari klarifikasi materi di atas sanggup pemakalah simpulkan bahwa taktik pembelajaran harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang guru, artinya kegiatan pembelajaan benar-benar dirancang dan direncanakan dengan melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber berguru lainnya dalam pencapaian kompetensi dasar tujuan pembelajaran.
Sebagai implikasinya terjadi pergeseran paradigma dari penguasaan kognitif domain pada kemampuan mempunyai kompetensi tertentu; diantaranya kompetensi tamatan, kompetensi mata pelajaran, kompetensi dasar. Strategi pembelajaran inkuiri sanggup dijadikan sebagai taktik pembelajaran yang menuntut kreatifitas peserta didik dalam menemukan sesuatu yang sesuai dengan kompetensi masing masing. Dan guru sebagai fasilitator harus bisa mengetahui kebutuhan peserta didik.
Dalam rangka pencapaian itu semua maka guru harus mempunyai kemampuan merancang suatu startegi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, akan tetapi semua tujuan yang ada tidak akan dicapai oleh hanya satu taktik tertentu, akan tetapi senantiasa dirubah sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarata: Bumi Aksara, 2004.
Made, Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Saleh, Abdul Rahman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana, 2009
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.