Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tes Subjektif, Assesmen Pembelajaran




      PENDAHULUAN

Di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru atau Teacher made test. Salah satu dari fungsi tes ini yakni untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian materi yang telah dipelajari. Tes model ini membutuhkan tanggapan yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Tes jenis inilah yang kemudian dinamakan Tes Subjektif yang biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah, akan tetapi soal-soal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 90-120 menit. Di samping itu tes ini juga menuntut kemampuan siswa untuk mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.1
Dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam wacana tes subjektif.


PEMBAHASAN

    Pengertian Tes Subjektif

Secara ontologis tes subjektif yakni salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut tanggapan siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes subjektif yakni tes yang menuntut siswa untuk sanggup menyusun dan memadukan gagasan-gagasan wacana hal-hal yang telah dipelajari, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.
Senada dengan itu, berdasarkan Oemar Hamalik (2001) tes subjektif yakni salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan subjektif, yakni pertanyaan yang menuntut tanggapan tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa mempunyai kesempatan memperlihatkan jawabannya sendiri yang berbeda dengan tanggapan siswa lainnya.

Tes subjektif juga sanggup disebut sebagai tes dengan memakai pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, berdasarkan Suherman, E (1993) tes subjektif juga sering disebut sebagai tes uraian lantaran untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun tanggapan secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa goresan pena dengan baik.
Tes subjektif yang biasa digunakan di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal menuntaskan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat. 2

 Ciri-ciri Tes Subjektif

a.     Jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak
b.  Hasil yang diperoleh kurang mewadahi lantaran jangkuan bahannya tidak terlalu luas
c.    Banyak dipengaruhi oleh faktor : bahasa yang digunakan oleh testi, kerapatan goresan pena yang dibentuk oleh testi, perilaku penilai terhadap testi, penyekoran bersifat relatif, tanggapan sangat panjang, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan yang diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatas.
Tes Subjektif dibedakan manjadi 3 macam yaitu :
a.     Ingatan sederhana
Dengan ciri-cirinya, sanggup dijawab dengan singkat, sanggup dinilai secara objektif, dan umumnya memakai kata tanya yang berupa kata bagaimana, di mana, berapa banyak, dan kapan
b.     Jawaban pendek (short answer )
Dengan ciri-cirinya mencakup : pertanyaan berisi perintah ibarat berikan difinisi, susunlah, tuliskan (jawaban berupa pernyataan atau kalimat pendek dan sanggup dinilai secara objektif.
c.     Bentuk diskusi
Dengan ciri-cirinya : memerlukan tanggapan panjang, tidak sanggup dinilai secara objektif, memakai kata : jelaskan, gambarkan, bandingkan, terangkan, berikan alasan. 3
Tes subjektif umumnya digunakan untuk hal-hal berikut :
a.  Membandingakan dua hal atau lebih. Misalnya : jelaskan perbedaan antara makna homonim dengan makna polisemi
b.  Merumuskan suatu pendapat. Misalnya : bagaimanakah pendapat Anda wacana konsep kata beragam dalam bahasa Indonesia? Jelaskan.
c.  Menunjukkan hubungan sebab-akibat. Misalnya : mengapa dalam bahasa Indonesia perlu dilakukan pembakuan kosa kata? Jelaskan
d.  Menjelaskan makna ungkapan. Misalnya : apakah yang dimaksud dengan ungkapan “berdarah dingin”
e.   Membuat rangkuman atau ringkasan. Misalnya : ringkaslah teks bacaan di atas menjadi satu halaman !
f.    Melakukan analisis. Misalnya : uraikan unsur-unsur yang membentuk kata mempertanggung jawabkan!
g.  Menilai suatu pendapat atau peristiwa. Misalnya : bahasa bukan hanya merupakan alat berpikir, tetapi juga merupakan belahan dari proses berpikir. Bagaimanakah penilaian Anda terhadap pernyataan ini ? jelaskan.
h.    Merumuskan persoalan. Misalnya : Persoalan kebahasaan apa saja yang ketika ini banyak muncul di kalangan para pejabat ? jelaskan.
i.    Menarik kesimpulan. Misalnya : Dari teks bacaan di atas,  Kesimpulan apa yang sanggup anda ambil ? jelaskan 4

  Kelebihan dan Kelemahan Tes Subjektif
1.      Kelebihan
a.       Mudah disiapkan dan disusun
b.      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
c.       Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang elok
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapat dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
e.       Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu kasus yang diteskan
2.      Kelemahan
1.      Kadar validitas dan realibilitas rendah lantaran sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai
2.      Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope ahan pelajaran yang akan dites lantaran soalnya hanya beberapa saja (terbatas) 
3.      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
4.      Pemeriksaanya lebih sulit lantaran membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai
5.      Waktu untuk koreksinya usang dan tidak bisa diwakilkan kepada oran lain 5
Adapun petunjuk penyusunan tes subjektif yakni sebagai berikut:
  1. Hendaknya soal-soal tes sanggup mencakup ide-ide pokok dari materi yang diteskan
  2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin eksklusif dari buku atau catatan
  3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci tanggapan serta pedoman penilaian
  1. Hendaknya diusahakan supaya pertanyaanya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, supaya sanggup diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan
  2. Hendaknya ditegaskan model tanggapan apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. untuk ini pertanyaan dihentikan umum, tapi harus spesifik
Contoh:
Coba jelaskan wacana ulang tahun hari kemerdekaan RI !
Pertanyaan ini kurang spesifik, sebaiknya ditambah klarifikasi sehingga menjadi:
Coba jelaskan wacana peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI yang diadakan dikantor kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai:
a.     Pengaturan tempat
b.    Pejabat dan undangan
c.     Acara peringatan
d.    Atraksi yang disuguhkan
e.     Hidangan yang diberikan 6

       Jenis-jenis Tes Subjektif

Dilihat dari luas-sempitnya (scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes bentuk subjektif atau uraian mempunyai dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas (restricted response items) dan essay atau uraian bebas (extended respons items). Beberapa tahun ke belakang, Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan istilah tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif.
Walaupun bekerjsama bila dilihat lebih dalam, kedua jenis tes terakhir ini (uraian objektif dan uraian non-objektif) merupakan belahan dari tes subjektif terbatas, lantaran pengelompokkan tes uraian menjadi uraian objektif dan uraian non-objektif hanya didasarkan kepada pendekatan dukungan skor saja.
Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan uraian non-objektif terletak pada kepastian dukungan skor. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci tanggapan dan pedoman penskorannya lebih niscaya (diuraikan secara terang hal/ komponen yang di skor dan berapa skor untuk masing-masing komponen tersebut.
Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam rentangan (0 – 4 atau 0 – 10), sehingga dukungan skor (penentuan kualitas jawaban) sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor. Untuk mengurangi subjektifitas ini, sanggup dilakukan dengan cara menciptakan pedoman  penskoran secara rinci dan jelas, sehingga dukungan skor sanggup relatif sama. 7


      Menskor Tes Subjektif

Memberikan skor tes subjektif sanggup dikatakan gampang dan juga sanggup dikatakan sukar. Dikatakan mudah, lantaran setiap guru niscaya merasa bisa menilai tanggapan yang diberikan oleh para siswanya termasuk penggunaan tanggapan yang berasal dari tes subjektif. Karena dalam dukungan skor pada tes ini tidak ada eksplanasi penilaian secara niscaya diberikan. Sebaliknya, sebagian guru juga mencicipi sukar dalam memperlihatkan skor pada tes jenis ini, lantaran banyak faktor yang sealu muncul yang sedikit banyak sanggup menghipnotis dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa.
Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektifitas, pertimbangan dan efek interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam proses berguru mengajar berlangsung.
Untuk mengatasi adanya tiga faktor di atas, berikut ini beberapa petunjuk yang sanggup digunakan sebagai teladan para guru. Dalam dukungan skor tes subjektif, seorang guru sebaiknya: 8
1.      Menyusun tanggapan kunci untuk setiappertanyaan yang mengandung materi penting yang sanggup digunakan sebagai teladan dasar ketika melaksanakan penilaian

2.      Menentukan nilai dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan kerikil yang diharapkan untuk menuntaskan jawaban
3.      Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melaksanakan kesalahan kecil, contohnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata
4.      Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum pindah ke pertanyaan lain
5.      Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar tanggapan siswa ke dalam 3-5 tumpukan dengan memerhatikan ranking dari yang tertinggi hingga terendah dan menempatkan lembar tanggapan siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar nilai yang dicapai
6.      Usahakan dalam proses penilaian tanggapan soal tidak melihat nama siswa penjawabnya
7.      Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang sanggup mengakibatkan dukungan skor berubah secara signifikan

  KESIMPULAN
Tes Subjektif merupakan sejenis tes kemajuan berguru yang memerlukan tanggapan yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.
Soal-soal jenis tes ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal. Soal-soal bentuk ini menuntut kemampuan siswa untuk sanggup mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat sanggup dikatakan bahwa tes ini menuntut siswa untuk sanggup mengingat-ingat dan mengingat kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Tes jenis ini mempunyai beberapa kelebihan dan juga kelemahan, namun demikian tetap  harus diperhatikan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru sebelum menciptakan soal-soal  tes ini untuk menghindari munculnya beberapa faktor yang akan memengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa.  
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, Prof. Dr., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Bumi Aksara 2012)

Sukardi, Prof., MS, Ph.D., Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta, (Bumi Aksara 2011)